Ya Allah, Masih Pantaskah Aku Bertobat

Ya Allah, Masih Pantaskah Aku Bertobat
Ilustrasi salat taubat./Copyright shutterstock.com/g/Creativa

MEDIA IPNU - Ya Allah, Masih Pantaskah Aku Bertobat

“Dosaku sudah banyak, kehidupanku penuh dengan kemaksiatan, namun aku ingin berubah dan meminta ampun, apakah Allah SWT masih mau mendengarkan dan mengampuni diriku yang hina ini?”

Wahai saudaraku, janganlah engkau berputus asa dari rahmat Allah. Kau pernah mendengarkan kisah yang diriwatkan oleh Abu Sa’id Sa’ad bin Malik Bin Sinaan Al-Khudri RA, sesungguhnya Nabi SAW bersabda,

"Dahulu pada masa sebelum kalian ada seseorang yang pernah membunuh 99 jiwa. Lalu ia bertanya tentang keberadaan orang-orang yang paling alim di muka bumi. Namun ia ditunjuki pada seorang rahib. 

Lantas ia pun mendatanginya dan berkata, 'Jika seseorang telah membunuh 99 jiwa, apakah taubatnya diterima?'

Rahib pun menjawabnya, 'Orang seperti itu tidak diterima taubatnya.' Lalu orang tersebut membunuh rahib itu dan genaplah 100 jiwa yang telah ia renggut nyawanya.

Kemudian ia kembali lagi bertanya tentang keberadaan orang yang paling alim di muka bumi. Ia pun ditunjuki kepada seorang ‘alim. 

Lantas ia bertanya pada ‘alim tersebut, 'Jika seseorang telah membunuh 100 jiwa, apakah taubatnya masih diterima?' 

Orang alim itu pun menjawab, 'Ya masih diterima. Dan siapakah yang akan menghalangi antara dirinya dengan taubat? Beranjaklah dari tempat ini dan ke tempat yang jauh di sana karena di sana terdapat sekelompok manusia yang menyembah Allah Ta’ala, maka sembahlah Allah bersama mereka. Dan janganlah kamu kembali ke tempatmu (yang dulu) karena tempat tersebut adalah tempat yang amat jelek.'

Laki-laki ini pun pergi (menuju tempat yang ditunjukkan oleh orang alim tersebut). Ketika sampai di tengah perjalanan, maut pun menjemputnya. Akhirnya, terjadilah perselisihan antara malaikat rahmat dan malaikat adzab. 

Malaikat rahmat berkata, 'Orang ini datang dalam keadaan bertaubat dengan menghadapkan hatinya kepada Allah'.

Namun malaikat adzab berkata, 'Orang ini belum pernah melakukan kebaikan sedikit pun'. 

Lalu datanglah malaikat lain, mereka pun sepakat untuk menjadikan malaikat ini sebagai pemutus perselisihan mereka. 

Malaikat ini berkata, 'Ukurlah jarak kedua tempat tersebut (jarak antara tempat jelek yang dia tinggalkan dengan tempat yang baik yang ia tuju)'. 

Lalu mereka pun mengukur jarak kedua tempat tersebut dan mereka dapatkan bahwa orang ini lebih dekat dengan tempat yang ia tuju. Akhirnya,ruhnya pun dicabut oleh malaikat rahmat.” (H.R Bukhori Muslim:2766)

Wahai saudaraku, dari kisah ini mari kita renungkan betapa besarnya rahmat Allah SWT kepada para hambanya yang ingin bertaubat. Walaupun dosa kita amatlah banyak bagaikan buih di lautan lepas, hidup dalam kemaksiatan, berbuat segala hal yang Allah SWT larang, bahkan diceritakan seorang hamba yang telah membunuh 100 orang pun, pasti Allah SWT akan mengampuninya selagi ia mau bertaubat dan berubah. Oleh karenanya, janganlah berputus asa akan Rahmat-Nya. Allah SWT berfirman dalam Q.S Az-Zumar ayat 53 yang artinya,

Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Az-Zumar: 53)

Ayat ini menunjukan kepada kita bahwa Allah SWT akan memberikan pengampunan atas setiap dosa yang dilakukan oleh para hamba-Nya, termasuk dosa besar yaitu kekufuran, berzina, membunuh, dan lain sebagainya selagi hamba tersebut ingin berubah dan bertaubat.

Kita Kembali lagi ke hadist diatas, selain menjelaskan mengenai ampunan Allah yang sangat luas, hadist tersebut mengajarkan kepada kita bahwa orang yang ingin berubah dan bertaubat dianjurkan untuk berpindah atau berhijrah dari tempat ia melakukan kemaksiatan ke lingkungan yang baik dan mendukung untuk perubahan. Karena lingkungan memberikan pengaruh yang kuat terhadap seseorang, baik dari segi kepribadian, keilmuan, dan juga agama. Sehingga apabila ada seserorang yang telah bertaubat contohnya dari perbuatan zina namun tetap melakukan pergaulan bebas, maka sikapnya menunjukan ketidak seriusan dalam bertaubat.

Di dalam hadist tersebut pula dijelaskan ciri-ciri dari tempat atau lingkungan yang baik, yaitu lingkungan yang mengedepankan ketauhidan. Dimana orang-orang yang berada di lingkungan tersebut menaati apa yang Allah SWT perintahkan dan menjauhi apa yang Allah SWT larang.

Wahai saudaraku yang hidup dalam kemaksiatan, janganlah berputus asa dari kasih sayang Allah SWT, lihatlah betapa besarnya rahmat Allah SWT memberikan ampunan kepada pembunuh 100 nyawa. Lantas mengapa kamu berputus asa akan rahmat-Nya?

Masih banyak kesempatan untuk berubah lebih baik. Banyak orang yang dahulunya bergelimang masksiat dan taubat, kini menjadi orang yang sholih dan sholihah. Itulah bukti bahwa tidak ada kata terlambat untuk bertaubat selagi jantung ini masih berdenyut.

Semoga Allah menerima dan mengapuni taubat kita, dan senantiasa memberikan taufik-Nya agar selalu hidup dalam keridhoan-Nya, aammin.

Penulis: Zahra Salsabila - @zahraa_sals (Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Baca juga:

INFO: Ikuti terus informasi berita terikini dari Media IPNU dengan follow Instagram @mediaipnu. Anda juga bisa ikut berkontribusi mengirimkan berita kegiatan IPNU IPPNU di daerah Rekan/Rekanita dengan mengirim email ke redaksimediaipnu@gmail.com atau klik di SINI.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama