Ilustrasi: Freepik |
MEDIA IPNU - Doa menjadi sebuah tameng bagi seseorang yang berTuhan, untuk melindunginya dari ketakutan dan kekhawatiran dalam hidup, di dalam agama islam anjuran untuk berdoa kepada Tuhan sudah termaktub dalam Al-Quran "Dan Tuhanmu berfirman: 'Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.'(QS. Ghafir: 60).
Ayat di atas
menegaskan bahwa Allah tidak akan pernah menolak doa semua hambanya. Namun ada
doa yang Allah tangguhkan dan tidak langsung dikabulkan. Karena Allah Maha Tahu
apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita harapkan. Pun Allah Maha Tahu apa
yang terbaik untuk kita.
Syekh Ibnu
Athaillah dalam kitab Al-Hikam Mengatakan “Jangan sampai penundaan
pengabulan doa yang disertai dengan keseriusan doa membuatmu menjadi putus asa,
Allah swt menjamin ijabahnya pada sesuatu yang dia pilihkan untukmu, bukan pada
apa yang kau pilihkan untuk dirimu, dan pada waktu yang ia kehendaki, bukan
pada waktu yang kau inginkan” (Syekh Ibnu Athaillah, Al-Hikam). Pesan ini
menjelaskan agar kita mampu memahami cara Allah dalam mengabulkan permintaan
hambanya dan agar senantiasa tidak berputus asa dari Rahmat-nya.
Terkadang seorang
hamba terlalu cepat putus asa terhadap doa yang ia panjatkan. Ia mengira bahwa Allah
tidak mengabulkan doanya. Hal seperti ini yang membuat seorang hamba menjadi suudzon
kepada Tuhannya. Hatinya menjadi kotor sehingga ia merasa bahwa Tuhan itu tidak
adil.
Namun yang jadi
pertanyaan adalah ‘apakah isi doa atau permintaan yang seorang hamba inginkan
sudah setara dengan kapasitas yang ia miliki? Apakah ia sudah siap nantinya
jika diberi apa yang ia minta?’
Seorang hamba yang
berdoa agar mempunyai mobil mewah. Seperti mobil Ferari misalkan. Namun ia
hidup dalam keadaan pas-pasan, hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan
keluarganya, dengan gaji bulanan di bawah 5jt.
Jika nanti dengan
mudahnya Allah kabulkan pun belum tentu ia mampu memiliki mobil tersebut,
karena secara financial dan psikis ia belum siap, dengan pajak pertahunnya yang
tinggi, biaya servicenya yang mahal. Bahkan sampai bahan bakarnya pun cukup
mahal setiap kali pengisiannya. Sudah dipastikan mobil itu akan hilang darinya.
Maka dari itu
seorang hamba harus bertanggung jawab terhadap doa yang telah ia panjatkan,
yaitu dengan menyeru kepada dirinya untuk terus memantaskan dan mempersiapkan
diri jika nantinya Allah mengabulkan doa-doa yang telah ia panjatkan. Karena ketika
ia tidak siap terhadap doa yang dipanjatkan, maka segala sesuatu yang Allah
kabulkan pun akan hilang darinya.
Penulis: Muhammad
Rifai, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Baca juga:
- Perempuan Dengan Segala Ketakutannya
- Kekerasan Terhadap Perempuan: Tantangan Modern dan Solusi Islami
- Pemuda Berkualitas di Era Perkembangan Zaman
- Antara Hukum dan Pergaulan
- Mengapa Kita Harus Bersyukur?
INFO: Ikuti terus informasi berita terikini dari Media IPNU dengan follow Instagram @mediaipnu. Anda juga bisa ikut berkontribusi mengirimkan berita kegiatan IPNU IPPNU di daerah Rekan/Rekanita dengan mengirim email ke redaksimediaipnu@gmail.com atau klik di SINI.