Foto Gus Miftah | Istimewa |
MEDIA IPNU - Beredar sebuah berita mengenai pendakwah yang menghina penjual tukang es, salah satunya terdapat pada media kabar CNN Indonesia. Terdapat sebuah Utusan Presiden Bidang Kerukuknan Beragama Miftah Maulana Habiburrohmana atau biasa disapa Gus Miftah terdapat kalimat yang dilontarkan oleh Gus Miftah.
“Es tehmu
ijek akeh ora (es tehmu
masih
banyak nggak?)
masih? Yo kono didol (ya sana dijual), gobl*k. Dol en ndisik, ngko lak rung payu yo wes, takdir (Jual dulu,
nanti kalau masih belum laku, yasudag, takdir).” kata Gus Miftah kepada pedagang es
teh yang diambil didalam
sebuah video.
Perkataan yang tidak seharusnya
diucapkan (kata goblok)
merupakan kalimat yang tidak pantas diucapkan didepan umum walaupun hanya
sebatas candaan, apalagi jika melihat gelar dari Gus Miftah
sebagai utusan presiden pada Bidang Kerukunan Beragama tentu sangat tidak
pantas untuk dilakukannya. Islam mengajarkan mengenai toleransi yang bermakna bahwa harus
saling menghargai.
Berlanjut pada arti sebenarnya toleransi bahwa toleransi dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bersifat atau bersikap
menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan)
pendirian (pendapat,
pandangan, kepercayaan, kebebasan dan
kelakuan) yang berbeda atau
bertentangan dengan
pendiriannya sendiri.
Adapun menurut Umar Hasyim bahwa
toleransi adalah pemberian kebebasan kepada sesama manusia atau
kepada semua warga masyarakat untuk menjalankan keyakinannya atau aturan hidupnya
dalam menentukan
nasibnya masing-masing, selama di dalam menjalankan dan menentukan
sikapnya itu tidak melanggar dan tidak bertentangan dengan syarat-syarat asas terciptanya ketertiban dan perdamaian masyarakat.
Dalam kasus ini Allah juga sudah menjelaskan dalam Q.S. al-Hujurat [49]: 11 yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah
suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena)
boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada
mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula
perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu)
lebih baik daripada
perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan julukan yang
buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) fasik
setelah beriman. Siapa yang
tidak
bertobat, mereka itulah orang-orang zalim."
Makna dari toleransi yang didapatkan bahwa toleransi adalah saling menghargai berbagai hal yang sudah menjadi keputusan atau jalan kehidupan
orang lain, selama apa yang dilakukan
tidak melanggar segala peraturan yang ditetapkan serta tidak merugikan
oranglainnya.
Dari kasus yang sedang
marak saat ini menunjukan bahwa apa yang dilakukan
Gus
Miftah tidaklah
sesuai dengan makna toleransi itu sendiri karena tidak seharusnya
berkata dengan kata yang
kasar terhadap profesi seseorang.
Pada
dasarnya seseorang berhak memilih pekerjaannya dan
menjalankan pekerjaannya
dengan perasaan yang nyaman
dan
dihargai oleh orang lain.
Sebab,
apa
yang dilakukan pedagang es teh tersebut tidaklah melanggar peraturan dan tidak merugikan orang lain. Sebagai sesama
muslim sudah seharusnya memberikan dukungan yang positif
kepada pedagang tersebut.
Melihat bahwa profesi Gus
Miftah sebagai pendakwah, tentu saja memiliki etika yang harusnya sudah dipahami sebagai pendakwah.
Namun, tidak hanya pendakwah yang harus mengetahuinya, sebagai masyarakat, juga
berhak mengetahui berbagai etika yang harus dimiliki oleh pendakwah.
Pendakwah adalah profesi yang mulia dan memiliki kedudukan yang biasanya
disegani oleh masyarakat serta terikat pada
sebuah etika. Etika
berdakwah berarti sebuah kode etik atau aturan bagi dai mengenai sebuah nilai etis dalam
dakwah.
Gus Miftah | Istimewa |
Berikut adalah etika dalam berdakwah yang dapat menjadi landasan dasar bagi pendakwah,
Etika dalam sebuah keteladanan. Islam mengajarkan
kepada umatnya untuk
memberikan sebuah keteladanan yang baik, salah satunya suri tauladan bagi umat Islam yakni, Nabi Muhammad
SAW.
Nyatanya sebagai dai diharapkan untuk memberikan
teladan yang
baik dengan cara
memberikan kontribusi dalam sebuah pemikiran serta menunjukan sikap
keteladanan bagi ummat. Tidak hanya itu, seorang dai sebaiknya istiqomah, memiliki sebuah
prinsip yang teguh dalam kebenaran, dan terus menguatkan pemahaman dalam agamanya.
Sebagai
seorang
teladan maka sudah
seharusnya
dai menghindari sikap-sikap yang
negatif.
Etika dalam keikhlasan. Mengambil dari kata ikhlas yang memiliki arti segala perbuatan
yang dilakukan karena mengharapkan ridho
Allah SWT. Keikhlasan memang tidak dapat dilihat secara kasat mata. Namun, jika dilakukan dengan niat yang benar maka akan dapat menguatkan sebuah keikhlasan.
Pendakwah yang pada saat ini memang harus dihadapkan pada
sebuah profesionalime yang menuntuk untuk mengatur sebuah waktu dan manajemen hal yang bersangkutan, tetap memiliki sebuah etika dalam
keikhlasan salah
satunya dalam mengaharapkan sebuah upah tidak seharusnya untuk mengharapkan upah yang berlebihan.
Etika dalam pluralisme agama. Memahami sebuah perbedaan dan keragaman
dalam beragama,
atau dapat dikatakan sebagai sikap toleransi, menjadi salah
satu etika yang harus
dimiliki oleh seorang dai. Sehingga
ketika berdakwah tidaklah terlalu condong kepada satu agama saja.
Namun hal ini tidak hanya
berfokus pada
agama saja,
melainkan pada
perbedaan
lainnya seperti suku, budaya,
adat, bahasa, dan lain sebagainya.
Etika dalam bertauhid. Memberikan sebuah
keyakinan
dan selalu meyakini bahwa tujuan utama, tempat bersandar,
dan mengabdi hanya kepada Allah SWT, menjadi satu etika yang harus dimiliki oleh
pendakwah atau dai.
Etika dalam politik. Berbagai persoalan politik tentu saja tidak dapat dihindari serta tidak dapat
dipungkiri bahwa terdapat berbagai perbedaan dalam politik.
Etika yang harus dimiliki
pendakwah adalah tidak menjadikan perbedaan politik sebagai sebuah permasalahan atau tidak menjadikan condong pada satu kelompok politik tertentu.
Etika dalam globalisasi. Perkembangan keilmuan dan teknologi menjadi hal yang biasa pada
masa ini. Sehingga memiliki tantangan yang semakin
besar bagi para
pendakwah. Harusnya
seorang pendakwah dapat menyesuaikan
dakwahnya berdasarkan perkembangan
yang terjadi.
Demikian berbagai etika yang menjadi dasar untuk dimiliki oleh seorang pendakwah
atau pun dai, agar
tetap menciptakan sebuah
kerukunan dan
ketentraman satu
sama lain.
Penulis: Azkia Nabila (azkiabila03@gmail.com)
Baca juga:
- Sosialisasi Program, PAC IPNU IPPNU Cigemblong Lebak Turba ke Sekolah
- Penyuluhan Islam yang Inklusif: Menghidupkan Nilai Al-Baqarah Ayat 256
- Ya Allah, Masih Pantaskah Aku Bertobat
- Pentingnya Toleransi Sesama Manusia
- Wayang Sebagai Sarana Penyuluhan, Sampaikan Nilai Kehidupan