Pelajar NU dan Era Digital: Menyeimbangkan Ilmu, Sosial, dan Spiritualitas |
Oleh
: Febrian Kisworo Aji*
MEDIA
IPNU – Pelajar NU dan Era Digital: Menyeimbangkan Ilmu, Sosial, dan Spiritualitas. Aktivisme di IPNU dan IPPNU bukan sekadar tentang formalitas
keanggotaan, tetapi tentang semangat kolektif untuk berkontribusi. Baik itu
anggota resmi, kader, maupun simpatisan, setiap individu memiliki peran penting
dalam menggerakkan roda organisasi.
Menjadi
aktivis di sini bukan hanya soal titel, tapi tentang dedikasi untuk memajukan
pendidikan, memperkuat moral, dan mempererat hubungan dengan masyarakat.
Di
era serba digital dan informasi cepat seperti sekarang, kontribusi ini justru
semakin krusial agar pelajar NU tetap relevan dan mampu menjawab tantangan
zaman.
1.
Kontribusi
Berbicara
konteks aktivis, tentu baik itu anggota, kader, maupun simpatisan IPNU IPPNU
boleh juga disebut sebagai aktivis.
Aktivis
sendiri kerap diidentikan sebagai sosok yang melaksanakan kerja-kerja aktif
untuk mendorong berbagai kegiatan di lintas sektor bidang apapun, termasuk
organisasi pelajar IPNU IPPNU.
Akan
tetapi, kenapa pada paragraf pembuka sebelumnya saya menyebut kata
“Simpatisan”?.
Simpatisan,
merupakan sosok yang memiliki empati atau secara sukarela mendarmabaktikan
segala daya, kemampuan, keterampilan, waktu, energi yang dimiliki terhadap
organisasi IPNU IPPNU.
Kendati
mereka tidak terdaftar secara administratif, secara sah secara AD/ART, tapi
mereka tetap memiliki kontribusi terhadap pengembangan serta pertumbuhan
organisasi.
Secara
ringkasnya, baik itu anggota, kader, ataupun simpatisan yang utamanya secara
sukarela menyedekahkan energi, waktu, atau pikiran merupakan bagian dari
aktivis yang berjuang secara kolektif demi pertumbuhan pohon organisasi IPNU
IPPNU.
Mereka
boleh dibilang sebagai akar yang menguatkan pohon organisasi IPNU IPPNU;
menghunjam di dalam tanah, menyebar di dalam tanah, berfungsi untuk menguatkan
batang pohon IPNU IPPNU.
Kontribusi
mereka memang tidak terlihat di permukaan, akan tetapi, tanpa mereka, pohon
organisasi IPNU IPPNU tidak akan dapat menghasilkan buah yang kini tinggal
dinikmati saja.
Para
anggota, kader, ataupun simpatisan IPNU IPPNU berpotensi dan berpeluang besar
untuk memberikan kontribusi yang nyata.
Lantas,
apa kaitannya antara aktivis dengan kontribusi dalam konteks IPNU IPPNU? Perlu
jawaban yang meluas, mendalam, melingkar, mengerucut, melebar, memanjang, dan
memendek untuk memetakan secara spesifik—keterkaitan dari dua kata tersebut.
Mereka
punya bekal melimpah-ruah, baik itu didapat dalam kegiatan berorganisasi,
belajar bermasyarakat, dengan tidak meninggalkan konsep dasar Ahlussunah wal
Jamaah.
Dalam
menyikapi tantangan zaman di era disrupsi informasi, degradasi atau lunturnya
moral-akhlaqul karimah; sebagai pelajar NU diharapkan mampu menjadi manusia
berkualitas.
Sebagai
organisasi pelajar berbasis pendidikan, memiliki peranan sangat penting dan
vital. Sebab, pendidikan sendiri menjadi pondasi bagi kemajuan bangsa dan masa
depan. Termasuk juga sebagai kunci utama dalam menumbuhkan Sumber Daya Manusia
(SDM) yang berkualitas.
Semuanya
didapat dari pengalaman selama berorganisasi di IPNU IPPNU. Belum lagi era
perkembangan digital saat ini, yang memungkinkan mereka semakin mudah untuk
mengakses dan menjangkau segala macam ilmu, pengetahuan, dan informasi banyak
hal.
Berorganisasi
di IPNU IPPNU juga dapat memperluas wawasan kebangsaan sebagai bekal menjadi
“ummatan wasathan” sebagaimana dalam cita-cita oleh sesepuh NU terdahulu.
Ummatan
Wasathan atau ummat penengah adalah suatu ummat yang selalu memposisikan
pribadinya sebagai penengah dari setiap permasalahan berbangsa maupun beragama.
Termasuk
juga dapat diterapkan di tengah menghadapi era banjir informasi, disrupsi
informasi, pesatnya kecenderungan video-video atau konten berdurasi pendek, dan
lainnya—kesadaran Wasthan menjadi kunci yang mesti dipegang teguh.
Demikian
seperti yang tertulis dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 143 sebagai
berikut:
ÙˆَÙƒَØ°ٰÙ„ِÙƒَ
جَعَÙ„ْÙ†ٰÙƒُÙ…ْ اُÙ…َّØ©ً ÙˆَّسَØ·ًا Ù„ِّتَÙƒُÙˆْÙ†ُÙˆْا Ø´ُÙ‡َدَاۤØ¡َ عَÙ„َÙ‰ النَّاسِ ÙˆَÙŠَÙƒُÙˆْÙ†َ
الرَّسُÙˆْÙ„ُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ Ø´َÙ‡ِÙŠْدًاۗ
Artinya,
Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan agar
kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Nabi Muhammad)
menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.
2.
Pelajar Nahdlatul Ulama
Dalam
konteks Nahdlatul Ulama (NU), ada beberapa Badan Otonom (Banom) yang dimiliki.
Keberadaan Banom berfungsi untuk menjalankan program-program NU yang sesuai
dengan basis keanggotaannya.
Salah
satu Banom NU ialah IPNU IPPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama-Ikatan Pelajar
Putri Nahdlatul Ulama). IPNU IPPNU merupakan organisasi yang menaungi pelajar
NU.
Berdasarkan
hasil Kongres XX IPNU IPPNU, salah satunya menyoal tentang rentang usia yang
berhak menjadi anggota pelajar satu ini.
Hasilnya,
mengesahkan perubahan usia menjadi 13 sampai 24 tahun. Sehingga, mereka hari
ini adalah calon pemimpin dalam 10 tahun kemudian.
IPNU
IPPNU memiliki jenjang kaderisasi yang tertata sangat rapi, baik itu formal
maupun non formal. Sesuai AD/ART, pengkaderan ini memang bersifat wajib. Mulai
dari Masa Kesetiaan Anggota (Makesta), Latihan Kader Muda (Lakmud), hingga
Latihan Kader Utama (Lakut)—kaderisasi formal.
Sementara,
untuk kaderisasi non formal ada yang namanya Latihan Instruktur (Latin) untuk
IPNU dan Latihan Pelatih (Latpel) untuk IPPNU.
3.
Membangun Insan Berilmu
Sebagai
organisasi pelajar, IPNU IPPNU dapat menjadi wadah bagi pelajar secara
kolektif, dengan satu visi, misi, dan tujuan yang sama ; membentuk pribadi yang
berilmu.
Omon-omon
tentang pelajar yang seyogyanya aktif untuk terus belajar dalam banyak hal, terutama
di lingkungan pendidikan.
Dengan
basis anggota yang memiliki beragam latar belakang, diperlukan upaya kesadaran
komunal atau kolektif untuk saling menggenapi dari keganjilan di dalam internal
organisasi IPNU IPPNU.
Menjadi
pelajar berilmu sebenarnya memiliki beban moral yang cukup berat. Belum lagi
tersiar kabar yang belum pasti kebenarannya. Maka, untuk pelajar berilmu
memilki tanggung jawab moral bagaimana mengimplementasikan ilmu yang didapat.
4.
Dekat dengan Masyarakat
Diketahui,
Banom NU memiliki basis anggotanya masing-masing di seluruh tingkatan. Termasuk
lembaga-lembaga yang masih di bawah naungan NU, yang rutin melaksanakan
kegiatan inovatif demi pertumbuhan organisasi.
Tidak
jarang pula, sebagian kegiatan yang digelar dari masing-masing Banom NU, juga
turut serta beberapa unsur lapisan masyarakat yang ikut mendukung suksesnya
kegiatan bersifat sosial, masyarakat, keagamaan, dan kebudayaan.
Maka,
aktivisme dalam berorganisasi di IPNU IPPNU sekaligus menjadi pintu pertama
untuk belajar secara langsung di tengah-tengah masyarakat. Sejalan dengan
trilogi 3B IPNU IPPNU yakni, Belajar, Berjuang dan Bertakwa. Tiga kombinasi
jangkep, nilai-nilai luhur yang relevan untuk diterapkan dalam menghadapi
kehidupan ini.
*Febrian
Kisworo, Pengurus Lembaga Pers dan Penerbitan (LP2) PC IPNU Gresik 2023-2025
Sumber: nugresik.or.id
Baca juga:
- Enam Pimpinan Wilayah Usulkan Jadi Tuan Rumah Kongres XXI IPNU 2025 Mendatang
- Tarian Pepe Karimaka Turut Meriahkan Pembukaan Rapimnas dan Konbes II IPNU
- IPNU Luncurkan Aplikasi SiRekan di Rapimnas dan Konbes di Makassar
- Tantangan dan Harapan Pelajar NU ke Depan
- IPNU Jawa Barat Masa Khidmah 2024-2027 Resmi Dilantik
- PC IPNU IPPNU Kota Depok Periode 2024-2026 Resmi Dilantik
INFO: Ikuti terus informasi berita terikini dari Media IPNU dengan follow Instagram @mediaipnu. Anda juga bisa ikut berkontribusi mengirimkan berita kegiatan IPNU IPPNU di daerah Rekan/Rekanita dengan mengirim email ke redaksimediaipnu@gmail.com atau klik di SINI.