Penerapan Artificial Intelligence di Bidang Obstetri dan Ginekologi |
MEDIA IPNU - Penerapan Artificial Intelligence di Bidang Obstetri dan Ginekologi. Kecerdasan buatan (AI) di bidang medis mendapatkan banyak perhatian dalam praktik klinis. Dengan kemajuan terkini melalui pembelajaran mendalam dan pembelajaran mesin, teknologi AI telah dikomersialkan di sejumlah disiplin ilmu kedokteran karena perkembangan studi dalam data besar dan jaringan saraf tiruan yang digunakan untuk menganalisis gambar medis.
Hadirnya
AI di bidang medis membuat Ibu hamil mengerti dan memahami semua gejala si
kecil di dalam kandungan. Analisa yang akurat membuat semua Ibu dan Ayah tak
perlu melakukan tes berulang untuk mengetahui kondisi si bayi, sehingga akan
mempersingkat tes kesehatan dan singkatnya durasi tes kesehatan Anda tetap bisa
mengakses w88
sebelum pertandingan dimulai.
Obstetri
dan ginekologi adalah bidang kedokteran yang berkaitan dengan kehamilan,
pelayanan persalinan, dan kesehatan reproduksi wanita. Divisi ini belum
mengintegrasikan AI ke dalam banyak prakteknya karena masalah etika dan
kurangnya penelitian mengenai implikasinya. Namun mengingat potensi manfaatnya
dalam membuat rencana perawatan dan menafsirkan pengukuran janin, mungkin
bidang ini harus mengadopsinya.
Penerapan
AI saat ini dan masa depan dalam bidang kebidanan
AI
telah menjadi sangat lazim dalam bidang metode diagnostik dan dapat digunakan
untuk tujuan tersebut di bidang obstetri dan ginekologi.
Misalnya,
dalam bidang kebidanan, kardiotokografi (CTG) – yang dikembangkan pada tahun
1960an – merupakan alat utama untuk menilai kesehatan janin, melalui pengukuran
kontraksi rahim dan detak jantung janin dalam kandungan. Saat menafsirkan
pengukuran, dokter yang berbeda dapat mengambil kesimpulan berbeda tentang
angka yang sama. Oleh karena itu, penerapan AI ke dalam praktik CTG mungkin
terbukti sangat efektif karena hal ini dapat menghindari komunikasi yang buruk,
kelelahan dan gangguan, beban kognitif yang berlebihan, atau bias.
Area
kedua dalam bidang kebidanan di mana AI dapat diterapkan dengan baik adalah
dalam analisis ultrasonografi: pemeriksaan rutin non-invasif untuk diagnosis
prenatal. Menyaring USG secara manual, seperti praktik umum lainnya, lambat dan
rentan terhadap kesalahan manusia. Oleh karena itu, jika kita memadukan
pemeriksaan ini dengan AI, potensi peningkatan akurasi dan standarisasi mungkin
akan bermanfaat di tahun-tahun mendatang.
Di
bidang ginekologi, penerapan AI juga berjalan agak lambat. Namun, dalam
beberapa tahun terakhir, para peneliti telah menggunakan AI dan pembelajaran
mesin untuk mengembangkan cara baru dalam mengelola kondisi ginekologi
tertentu, memprediksi perkembangan penyakit, dan menentukan keputusan serta
protokol pengobatan.
Misalnya,
AI baru-baru ini digunakan untuk menganalisis gambar daerah panggul dan
mengenali keberadaan jaringan endometrium, yang berpotensi menjadi penanda
endometriosis. Lebih lanjut, para peneliti menggunakan AI untuk mengevaluasi
data pencitraan dan memprediksi pertumbuhan dan pola perilaku fibroid – tumor
jinak yang biasanya tumbuh di dalam rahim. Ini memberikan bantuan dalam
mengembangkan rencana perawatan yang dipersonalisasi.
Etika
AI dalam perawatan kesehatan
Kekhawatiran
etis tentu saja menghalangi dokter untuk menerima dan mengintegrasikan AI dalam
bidang obstetri dan ginekologi.
Seperti
halnya di banyak bidang AI, banyak pasien yang khawatir untuk menggantikan
keahlian manusia – terutama jika melibatkan bayi. Para peneliti harus
mengeksplorasi apakah teknologi tersebut memiliki nilai sebenarnya dalam
diagnosis dan rencana pengobatan pasien.
Dalam
bidang kebidanan, orang ragu untuk membiarkan sistem komputer mengambil
keputusan untuk rencana perawatan karena perawatannya bersifat pribadi.
Beberapa orang juga khawatir bahwa kehamilan, yang pada umumnya merupakan
proses alami, dapat berubah menjadi proses yang sangat medis, yang pada
gilirannya dapat menimbulkan implikasi fisik dan psikologis bagi individu yang
hamil.
Penting
untuk dicatat bahwa penelitian tentang kesehatan perempuan secara historis
tertinggal dibandingkan penelitian tentang laki-laki, sehingga menyebabkan
kurang terwakilinya subjek perempuan dalam uji klinis; kurangnya data spesifik
jenis kelamin mengenai pengobatan dan perawatan tertentu; dan terbatasnya
perhatian terhadap kondisi yang paling sering terjadi pada wanita, seperti
endometriosis – penyakit di mana jaringan rahim tumbuh di luar rahim – dan
depresi pasca persalinan. Menyadari perbedaan ini dapat membantu memahami
mengapa bidang kebidanan dan ginekologi jauh lebih lambat dalam mengadopsi dan
mengintegrasikan teknologi AI dalam prosedur medis.
AI
dapat membantu meningkatkan diagnosis, strategi pengobatan, dan hasil klinis di
bidang kebidanan dan ginekologi. Bukan hal yang mustahil untuk mempertimbangkan
perbaikan besar yang dapat dilakukan pada prosedur medis untuk memfasilitasi
manajemen kehamilan dan kesehatan masyarakat. Namun, penting untuk menyadari
bahwa teknologi AI tidak boleh menggantikan staf medis melainkan berperan
sebagai asisten dalam praktik klinis.
_________________________________
- Persiapkan Pengkaderan, PAC Ngronggot Nganjuk Bedah Buku Pedoman Makesta
- Diskusi IPNU-IPPNU Batuceper Tangerang, Pelajar NU Harus Berintegritas dan Bermanfaat
- IPNU-IPPNU Pegantenan Pamekasan Gelar Follow Up Pasca Makesta
- Bincang Kaderisasi IPNU-IPPNU Ngawi Selaraskan Aturan Pengkaderan
- SMP Di Indramayu Tetapkan Arief dan Anisa Sebagai Ketua PK IPNU IPPNU Periode 2023-2024