Ilustrasi Pelajar | Foto: jojonomic.com |
MEDIA IPNU - Meritokrasi Pendidikan di Indonesia: Apakah Sudah Adil? Konsep meritokrasi dapat diartikan sebagai sebuah sistem yang memberikan pemerataan kesempatan bagi semua siswa untuk memperoleh pendidikan.
Kesempatan yang merata
merujuk pada kesetaraan dalam memperoleh akses pendidikan tanpa adanya
diskriminasi di dalam sebuah institusi, terutama sekolah. Artinya, setiap siswa
dapat berkompetisi secara adil dengan menunjukkan kemampuan nya pada bidang
tertentu.
Dalam memenuhi upaya
pemerataan pendidikan dan menciptakan peserta didik yang kompeten, kementrian
pendidikan telah memberikan bantuan operasional pendidikan bagi sekolah.
Beberapa diantaranya
adalah sebagai berikut, pertama, memberikan Kartu Indonesia Pintar (KIP) bagi
peserta didik yang berusia 6-12 tahun untuk membeli buku, seragam sekolah, dan
alat tulis.
Kedua, pemberian Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) yang dapat digunakan untuk membangun sarana dan
prasarana sekolah. BOS juga bertujuan untuk membeli alat penunjang pendidikan
di sekolah seperti LCD Proyektor, laptop dan perangkat multimedia
lainnya.
Ketiga, pemberian Bantuan
Langsung Tunai (BLT) berupa penyediaan dana bagi anak-anak yang bersekolah di
jenjang Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah Atas yang digunakan untuk
biaya operasional sehari-hari siswa yang kurang mampu seperti transportasi,
seragam, dan buku penunjang pelajaran.
Pada masa pandemic,
bantuan tersebut dapat dimanfaatkan untuk membeli kuota internet bagi siswa
agar dapat mengikuti pelajaran secara daring.
Terakhir, penyediaan
layanan pendidikan berupa ujian kesetaraan yang dinamakan Paket A (setara
dengan Sekolah Dasar), Paket B (setara dengan Sekolah Menengah Pertama), dan
Paket C (setara dengan jenjang Sekolah Menengan Atas).
Berdasarkan data dari
Badan Pusat Statistik, pada tahun 2018 proporsi remaja usia lima belas tahun ke
atas dengan kemampuan teknologi informasi dan komputer berada di angka 49,73%.
Tahun 2021, kemampuan siswa usia remaja di atas lima belas tahun baik laki-laki
maupun perempuan meningkat menjadi 70,17%.
Dari data tersebut dapat
terlihat bahwa bantuan operasional yang diberikan memberikan pengaruh
signifikan dalam menciptakan pelajar yang berkompetensi terhadap kemajuan
terknologi.
Keseluruhan faktor di
atas, ditujukan agar siswa mampu bersaing di dalam dunia kerja dan memiliki
kemampuan yang sesuai dengan tututan globalisasi.
Namun, apakah bantuan
dana dan fasilitas pendidikan menjadi faktor utama dalam mewujudkan sistem
meritokrasi dalam dunia pendidikan di Indonesia?
ilustrasi pendidikan | pexels.com/@panditwiguna |
Keberhasilan seseorang
dalam dunia pendidikan faktanya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor sarana dan
prasarana sekolah. Beberapa faktor sosial pendukung juga diungkapkan oleh tokoh
sosiologi.
Bowles dan Gintis
menyatakan bahwa ada faktor lain yang menghambat siswa dari kelas ekonomi bawah
tidak mampu bersaing dengan siswa kelas atas karena terdapat sponsored
mobility.
Konsep sponsored mobility
dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mendapatkan sesuatu dengan
kualitas yang lebih baik seperti membeli buku dan masuk ke sekolah yang lebih
baik.
Siswa kelas menengah ke
atas didukung juga oleh social closure. Menurut Breen, social closure ditandai
dengan siswa yang memiliki kapital sosial yang dapat lebih menunjang masa depan
mereka seperti koneksi orang tua.
Terkait dengan masalah
Kesehatan, siswa dengan tingkat ekonomi lemah seringkali mengalami kondisi
kesehatan yang tidak menentu seperti kelaparan dan malnutrisi, yang berpengaruh
pada tingkat kehadiran di sekolah.
Hal ini diungkapkan oleh
Ramachandran dalam penelitiannya di India bahwa faktor kesehatan mempengaruhi
aktivitas dan proses belajar di kela seperti kemampuan menyerap
informasi.
Dengan demikian, sistem
pendidikan belum memiliki pemerataan kesempatan terutama bagi siswa yang
memiliki latar belakang ekonomi menengah ke atas.
Penulis: Eka Retno (Master
of Sociology, University of Indonesia)
Baca juga: Forum Media IPNU
- Bank Mandiri Buka Loker Lulusan S1 untuk 3 Posisi Berikut
- Santri Harus Berpikiran Maju!
- Pengurus PKPT IPNU IPPNU IAI TABAH Lamongan Resmi Dilantik
- Ahmad Khoironi dan Ela Nadiana Pimpin PAC Jombang Jember
- PAC IPNU IPPNU Menes Pandeglang Resmi Dilantik
- IPNU Cirebon Kecam Bullying dan Kekerasan Fisik Siswa SLB di Susukan