Khutbah Jumat Bulan Jumadal Ula: Belajar dari Bencana Alam Umat Terdahulu |
MEDIA IPNU - Aneka bencana alam melanda negeri ini. Dari mulai banjir, longsor, banjir bandang, gempa serta lainnya. Hal ini memberikan gambaran bahwa Allah SWT memiliki kuasa atas alam raya. Pada saat yang sama, manusia diingatkan untuk terus menjaga keseimbangan bumi agar memperoleh manfaat.
Dan perlu diketahui bahwa bencana alam yang ada memberikan banyak pesan
kepada umat manusia, salah satunya adalah untuk belajar dari umat terdahulu.
Namun demikian, jangan mudah mengaitkannya dengan keburukan yang dilakukan
warga yang tertimpa musibah.
Naskah khutbah ini dapat digandakan serta disebar sebagai sarana untuk
saling mengingatkan sesama saudara. Dengan demikian akan menjadi kebaikan yang
terrus mengalir.
Berikut ini Khutbah Jumat Bulan Jumadil Ula: Belajar dari Bencana Alam Umat Terdahulu dari NU Online Jatim.
Khutbah I
اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي
هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ
أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ
وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه،
اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ
وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين
أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأيُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى
اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ
قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ
الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا
اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ
Jamaah Shalat Jumat Hafidhakumullâh
Bersyukur, meskipun cuaca kurang mendukung tetapi kita diberikan kekuatan
untuk hadir di masjid yang penuh berkah ini. Harapannya, kualitas takwallah yakni
menjalankan perintah dan menjahuhi yang dilarang terus mengalami peningkatan
yang membanggakan.
Hadirin yang Berbahagia
Banyak orang mengaitkan bencana alam dengan dosa-dosa syirik yang
dilakukan oleh manusia. Pengaitan seperti itu didasarkan pada pemahaman mereka
atas beberapa ayat di dalam Al-Qur’an yang mengisahkan tentang umat-umat
terdahulu seperti umat Nabi Nuh dan Nabi Hud yang tertimpa bencana. Namun,
pakar ilmu Al-Qur’an KH Dr Ahsin Sakho Muhammad tidak mendukung pengaitan
seperti itu.
Rais Majelis Ilmy Pimpinan Pusat Jam’iyyatul Qurra wal-Huffaz Nahdlatul
Ulama tersebut mengajak masyarakat untuk tidak mengaitkan bencana alam seperti
gempa dan banjir atau musibah lainnya dengan dosa seseorang atau sekelompok
orang. Alasannya adalah bahwa dosa tidak bisa dijadikan alat ukur terjadi
bencana sebab ada orang atau komunitas lain yang lebih banyak dosanya, justru
tidak mendapatkannya.
Pertanyaannya adalah mengapa umat Nabi Nuh 'alaihis salâm dan Nabi Hud
'alaihis salâm ditimpa bencana? Dua kisah di bawah ini memberikan sebagian
jawaban atas pertanyaan tersebut.
Pertama, kisah banjir bandang yang menimpa umat Nabi Nuh. Sebuah banjir
bandang menimpa umat Nabi Nuh ‘alaihis salâm di masa lalu dan menewaskan hampir
seluruh pengikutnya. Bencana itu sesungguhnya tidak lepas dari doa Nabi Nuh
sendiri kepada Allah untuk membinasakan mereka. Hal ini dapat ketahui dari
kandungan surat Nuh, ayat 26 dan 27 sebabagi berikut:
رَبِّ لا تَذَرْ عَلَى الأَرْضِ مِنَ
الْكَافِرِينَ دَيَّارًا. إِنَّكَ إِنْ تَذَرْهُمْ يُضِلُّوا عِبَادَكَ و لاَ يَلِدُوا
إِلا فَاجِرًا كَفَّارًا
Artinya: Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara
orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan
mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka
tidak akan melahirkan keturunan selain anak-anak yang berbuat maksiat lagi
sangat kafir.
Jamaah Shalat Jumat yang Mulia
Setelah Nabi Nuh ‘Alaihis Salâm berdoa seperti itu, terjadilah banjir
besar yang sangat dahsyat dan menewaskan sebagian besar kaumnya yang menolak
beriman kepada Allah Subhanahu Wa Taala. Mereka tetap berbuat syirik, yakni
menyekutukan Allah. Jadi, secara teologis bahwa bencana banjir itu memiliki
korelasi dengan doa Nabi Nuh 'Alaihis Salâm.
Allah memang mengabulkan doa itu. Namun kelak Allah sangat marah atas doa
ini dengan kemarahan yang tidak pernah terjadi sebelum dan sesudahnya.
Kemarahan Allah itu membawa akibat Nabi Nuh tidak diperkenankan oleh Allah
untuk memberikan syafaat kepada manusia di hari pembalasan nanti. Hal ini
sebagaimana diakui sendiri oleh Nabi Nuh sebagaimana dikisahkan dalam suatu
hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu sebagai berikut:
إِنَّ رَبِّي قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ
غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ وَإِنَّهُ
قَدْ كَانَتْ لِي دَعْوَةٌ دَعَوْتُ بِهَا عَلَى قَوْمِي نَفْسِي نَفْسِي اذْهَبُوا
إِلَى إِبْرَاهِيمَ
Artinya: Sungguh, pada hari ini Allah telah marah dengan marah yang
sebenar-benarnya, dimana Dia belum pernah marah seperti ini dan juga tidak akan
marah setelahnya seperti ini. Sungguh, dahulu aku memiliki satu doa yang aku
gunakan untuk menghancurkan kaumku. Diriku sendiri butuh syafa’at, pergilah
menemui selainku! Pergilah menemui Ibrahim!
Hadirin yang Mulia
Kedua, kisah angin ribut yang menimpa umat Nabi Hud. Nabi Hud 'Alaihis
Salam diutus oleh Allah Subhanahu Wa Taala kepada kaum 'Aad. Kaum ini bertempat
tinggal di lembah-lembah berbukit pasir disebut Al-Ahqaf yang terletak di
Hadramaut Yaman. Nabi Hud mengajak mereka menyembah kepada Allah Subhanahu Wa
Taala semata. Namun mereka menolak ajakan itu dengan penuh kesombongan.
Pada suatu hari, awan hitam menggumpal di atas langit mengelilingi kaum
'Aad. Mereka mengira awan tebal itu akan menjadi hujan yang akan menyirami
tanah dan tanam-tanaman yang mereka miliki dan juga ternak-ternak mereka akan
dapat minum dari air itu. Apa yang mereka perkirakan itu tidak benar karena
awan tebal itu sebetulnya adalah angin ribut yang akan membinasakan mereka.
Mereka memang telah bersikap sombong atas ajakan Nabi Hud 'Alaihis Salâm
untuk meninggalkan semua sesembahan mereka. Kesombongan mereka amat jelas
melalui kata-kata yang mereka ucapkan kepada Nabi Hud sebagaimana dapat kita
temukan dalam surat Al-Ahqaf, ayat 22 sebagai berikut:
قَالُوا أَجِئْتَنَا لِتَأْفِكَنَا
عَنْ آلِهَتِنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِن كُنتَ مِنَ الصَّادِقِينَ
Artinya: Mereka mengatakan: Apakah kamu datang kepada kami untuk
memalingkan kami dari (menyembah) tuhan-tuhan kami? Maka datangkanlah kepada
kami azab yang telah kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang
yang benar.
Secara tersurat dan tersirat kaum 'Aad telah menunjukkan kesombongannya
dengan menantang Nabi Hud untuk mendatangkan bencana. Kesombongan itu sama saja
menantang Allah dengan mengambil selendang kebesaran-Nya. Sebuah hadits qudsi
yang diriwayatkan oleh Thabrani dari Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhuma
menyatakan:
إِنَّ اللهَ تَعَالَى يَقُوْلُ: إِنَّ
الْعِزَّ إِزَارِيْ وَالْكِبْرِيَاءَ رِدَائِيْ ، فَمَنْ نَازَعَنِي فِيْهِمَا عَذَّبْتُهُ
Artinya: Sesunguhnya Allah Ta’ala berfirman: Kemuliaan adalah pakaian-Ku
dan sombong adalah selendang-Ku. Barangsiapa yang mengambilnya dariku, Aku Azab
dia.
Naskah diambil dari: Khutbah Jumat: Mengapa Umat Nabi Nuh dan Nabi Hud
Ditimpa Bencana?
Jamaah Hafidhakumullâh
Atas kesombongan kaum 'Aad, Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan azab.
Jadi azab yang menimpa kaum 'Aad merupakan akibat kesombogan mereka sendiri
yakni menantang diberi azab dan bukan semata karena perbuatan syirik yang
mereka lakukan. Tantangan itu dijawab Allah dengan azab berupa angin ribut yang
dahsyat dan membinasakan mereka sebagaimana diabadikan dalam surat Al-Haqqah
ayat 6-8 sebagai berikut:
وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ
صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ (٦) سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ
حُسُومًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَى كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ
(٧) فَهَلْ تَرَى لَهُم مِّنْ بَاقِيَةٍ (٨) ـ
Artinya: Sedangkan kaum ‘Aad, mereka telah dibinasakan dengan angin topan
yang sangat dingin. Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam
delapan hari terus-menerus; maka kamu melihat kaum ‘Aad pada waktu itu mati
bergelimpangan, seperti batang-batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk).
Maka adakah kamu melihat seorang pun yang masih tersisa di antara mereka?
Jamaah yang Dimuliakan Allah SWT
Dua kisah tersebut memberikan argumentasi yang cukup kuat bahwa bencana
alam yang menimpa suatu kaum hendaknya tidak dikaitkan dengan perbuatan syirik
yang mereka lakukan. Bencana yang menimpa umat Nabi Nuh 'Alaihis Salâm berupa
banjir bandang sebetulnya tidak terlepas dari doa Nabi Nuh sendiri kepada Allah
untuk membinasakan mereka. Sedangkan bencana yang menimpa umat Nabi Hud
'alaihis salâm berupa angin ribut sebetulnya akibat kesombongan mereka sendiri,
yakni menantang didatangkan azab dari Allah Subhanahu Wa Taala.
جَعَلَنا اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين
الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ : أعُوذُ
بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيمْ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمانِ الرَّحِيمْ: يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ،
وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ
مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ
وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا
عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ
وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ
يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ
وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ
وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان
وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ
لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا
أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ
اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ
وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ
مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ
الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ
وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ
مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ
اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا
اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ
ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ
يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Baca juga: Forum Media IPNU
- Rapimancab IPNU IPPNU Jombang Maksimalkan Sinergitas
- Tradisi Ziaroh Sesudah Konferancab IPNU IPPNU
- Syaikhona Kholil Belum Pahlawan, Meski Tuntas di Dewan Gelar
- Bank Mandiri Buka Loker Lulusan S1 untuk 3 Posisi Berikut
- Santri Harus Berpikiran Maju!
- Pengurus PKPT IPNU IPPNU IAI TABAH Lamongan Resmi Dilantik