Kota Baghdad dan perkembangan ilmu pengetahuannya pada masa Dinasti Abbasiyah. Foto: Sketsa 1001 Invention |
MEDIA
IPNU - Fungsi Baitul Hikmah dalam
Ilmu Pengetahuan. Telah dijelaskan diatas bahwa
pada dasarnya Baitul Hikmah ini tidak hanya berfungsi sebagai pusat
perpustakaan dinasti Abbasiyah sebagaimana kebanyakan dipahami, melainkan lebih
dari itu, diantaranya ialah sebagai berikut:
Sebagai Perpustakaan
Fungsi utama Baitul Hikmah ketika dibangun
oleh Khalifah Harun al-Rasyid ialah untuk perpustakaan berbagai buku-buku, baik
buku-buku bidang keagamaa, buku berbahasa asing, dan buku bidang eksakta hasil dari
penerjemahan buku atau manuskrip Yunani dan Persia pada zaman Khalifah Abu
Ja’far al-Mansur. Baitul Hikmah ini merupakan perpustakaan terbesar di dinasti
Abbasiyah. Baitul Hikmah ini dapat dikunjungi oleh siapa saja tanpa membedakan
agama, ras, suku, bahkan warga negara. Jadi banyak waktu itu rakyat dari
berbagai macam agama, baik Islam, Nasrani, dan Yahudi menggunakan fasilitas
Baitul Hikmah ini.
Selain itu, para pelajar asing yang menimba
ilmu disini pun dibolehkan dengan leluasa menggunakan fasilitasnya. Baitul
Hikmah ini di dalamnya terdapat berbagai fasilitas seperti tempat membaca yang
nyaman, tempat untuk menyalin, tempat untuk menjilid, dan lain-lain. Baitul
Hikmah ini dikelola oleh kepala staf yang dibantu oleh anggota-anggotanya.
Bahkan secara lebih rinci, menurut kitab Al-Maktabaat
fi al-Hadharohal-Arobiyah al-Islamiyah karya Rubhay Mushtofa Ulyan
mengatakan bahwa Baitul Hikmah ini terbagi menjadi 3 struktur organisasi, yakni
penanggungjawab (mushrif al-ulya), petugas perpustakaan (al-maktabah),
dan pembantu petugas perpustakaan (al-musa’id).
Koleksi buku di Baitul Hikmah ini sangat
lengkap pada zaman itu, yang didalamnya terdiri dari beragam bahasa dan
berbagai bidang, seperti keagamaan (fiqh, tasawuf, nahwu, sharaf, dan
lain-lain), filsafat, kedokteran, matematika, astronomi, kimia, biologi,
sejarah, fisika, musik, dan lain-lain.
Bahkan dalam kitab Kasfy dan kitab al-Fihrist karya Haji Khalifah dijelaskan bahwa koleksi
buku di Baitul Hikmah pada saat itu mencapai 60.000 buku. Hal ini merupakan
jumlah yang luar biasa saat itu dibandingkan perpustakaan yang ada di seluruh dunia.
Penataan buku di Baitul Hikmah juga sangat rapi dengan disusun berdasarkan
cabang ilmu. Koleksi jumlah cabang ilmu pada Baitul Mal ini pun juga lebih
lengkap dari pada perpustakaan lainnya.
Selain itu, penataan buku Baitul Hikmah
juga tersusun atas kepemilikan koleksi, seperti koleksi buku yang dikumpulkan
oleh Khalifah Harun al-Rasyid dinamakan Khizanah al-Rasyid dan yang dikumpulkan
oleh Khalifah Abdullah al-Ma’mun dinamakan Khizanah al-Ma’mun.
Khalifah Al-Ma’mun pada masa itu dikenal
sebagai khalifah yang mempunyai kecintaan terhadap ilmu pengetahuan yang
tinggi. Beliau berusaha mengumpulkan buku-buku yang berharga dan langka yang
terdapat di beberapa tempat, baik dari negerinya maupun di luar negerinya.
Beliau sering mengirim utusan ke negara lain seperti Romawi Timur di
Konstatinopel untuk membeli buku-buku Yunani Kuno di pasar buku.
Selain itu terkadang beliau biasanya
menunjuk utusan atau diplomat dalam rangka hubungan bilateral dengan negara
lain untuk meminta buku-buku yang terdapat di negeri tersebut. Cara lain yang
dilakukan oleh Khalifah Abdullah al-Ma’mun ialah dengan menerapkan kebijakan
membayar pajak (jizyah) berupa buku kepada masyarakatnya yang kemudian
oleh beliau diletakkan ke Baitul Hikmah.
Cara lain yang dilakukan olehnya ialah
dengan menerapkan sayembara barang siapa dari rakyatnya yang berhasil
menciptakan sebuah karya, maka ia akan diberikan emas oleh Khalifah seberat
karya yang diciptakannya. Karya berbentuk buku hasil sayembara tersebut oleh
Khalifah al-Ma’mun diletakkan pula di Baitul Hikmah.
Sebagai Lembaga Pendidikan
Selain berfungsi sebagai pusat perpustakaan
yang sangat lengkap, Baitul hikmah juga berfungsi sebagai lembaga pendidikan
atau akademik. Baitul Hikmah ini juga bisa disebut dengan perguruan tinggi dan
menjadi saingan dari Universitas Nizhamiyyah yang saat itu juga sangat maju di
kota Baghdad.
Metode pendidikan yang diterapkan di Baitul
Hikmah ini ialah metode muhadharah (ceramah) dan metode debat. Para guru/ustadz
yang mengisi perkuliahan menyampaikan di tempat yang tinggi dan pelajar-pelajar
mengelilinginya. Guru/ustadz tersebut menyampaikan materi yang diuraikan dalam
bentuk muhadharah atau ceramah. Saat itu guru/ustadz menjadi rujukan
akhir atas materi yang disampaikannya. Kemudian para pelajar berpindah dari
satu halaqah ke halaqah lainnya serta mempelajari berbagai macam cabang ilmu
pada tiap halaqahnya.
Cabang-cabang ilmu pada pendidikan Baitul
Hikmah ialah seperti filsafat, matematika, kedokteran, kimia, dan lain-lain.
Selain itu didalam pengajarannya, Baitul Hikmah tak hanya menggunakan bahasa
Arab saja, melainkan juga menggunakan bahasa lainnya, seperti Yunani, India,
Persia, dan lain-lain.
Dengan demikian, Baitul Hikmah ini
mempelopori kelas internasional. Setelah lulus, para pelajar diberikan ijazah
oleh ustadz atau gurunya sebagaimana ijazah saat ini. Dengan diperolehnya
ijazah tersebut telah melegalkan bagi pelajar tersebut untuk mengajarkan
ilmu-ilmu yang telah diperolehnya.
Sebagai Tempat Riset dan Observatorium
Baitul Hikmah juga berfungsi sebagai tempat
riset yang merupakan hal yang paling urgent dalam perkembangan
perpustakaan. Dalam hal ini, para para peneliti bekerja dibawah divisi
penelitian dan penulisan perpustakaan. Di dalam Baitul Hikmah ini terdapat
beberapa ruang yang digunakan untuk riset dari berbagai cabang keilmuan,
seperti laboratorium kimia, biologi, matematika, astronomi, dan lain-lain.
Untuk cabang ilmu atronomi atau ilmu falak,
laboratoriumnya ialah menara tinggi sehingga para astronom bisa menghitung
peredaran bumi dengan baik sebagaimana sekarang yang jika ingin menghitung peredaran
bumi harus dengan tempat yang tinggi. Para peneliti yang melakukan riset di
laboratorium Baitul Hikmah ini oleh khalifah dimintai imbalan agar ia dapat
menyumbang sebuah karya yang nantinya akan menjadi koleksi baru di perpustakaan
Baitul Hikmah.
Sebagai Biro Penerjemah
Untuk mendukung fungsi Baitul Hikmah
sebagai perpustakaan terbesar saat itu, khalifah senantiasa melakukan kebijakan
penerjemahan buku-buku maupun manuskrip asing kedalam bahasa Arab. Penerjemahan
ini mendapatkan perhatian penuh dari khalifah, salah satunya yakni memberikan
gaji dan berbagai tunjangan lainnya kepada para penerjemah di Baitul Hikmah
tersebut.
Khalifah Harun al-Rasyid sebenarnya telah
berusaha keras dalam menerjemahkan karya-karya asing, namun khalifah yang
sangat penuh perhatian terhadap kegiatan penerjemahan ini ialah putranya, Khalifah
Abdullah al-Ma’mun. Dalam kitab Al-Fahrasat karya Ibnu Nadim menjelaskan
bahwa tim penerjemah tidak hanya menerjemahkan dalam bahasa Arab waktu itu,
melainkan juga bahasa-bahasa yang tersebar di seluruh daerah dinasti Abbasiyah.
Selain itu, menurut Qadhi Shaid al-Andalusi
mengatakan bahwa saat itu Khalifah Abdullah al-Ma’mun membagi tim penerjemah
tersebut sesuai keahlian bidang ilmu masing-masing. Hal ini dikarenakan agar
penerjemah tersebut benar-benar memahami arti dan kandungan dalam buku-buku
atau manuskrip asing tersebut, tanpa adanya pembagian sesuai keahlian bidang
keilmuan tersebut akan berakibat besar pada kesalahan dalam memahaminya.
Khalifah Abdullah al-Ma’mun saat itu
mengundang para penerjemah besar sebagai direktur penerjemahan seperti Hunain
bin Ishaq, Abu Yahya bin Bitrik (ilmuan Yunani), dan Yuhanna bin Musawayh. Para
penerjemah besar ini merupakan ahli bahasa termasyhur saat itu dan beliau
digaji oleh khalifah al-Ma’mun dengan emas yang besar saat itu.
Sebagaimana yang telah dilakukan oleh
ayahnya, beliau juga berusaha keras dalam mengumpulkan buku-buku manuskrip
asing tersebut, baik dilakukan dengan mengirim utusan untuk membeli buku asing
di pasar buku negeri asing seperti Romawi Timur, Romawi Barat, dan negeri
lainnya ataupun dengan mengadakan hubungan bilateral dengan negara asing melalui
diplomatnya untuk meminta buku-buku asing yang terdapat di negera tersebut.
Selain itu cara lainnya seperti diceritakan
oleh Ibnu Nadim bahwa ketika dahulu terjadi peperangan antara dinasti Abbasiyah
dengan Romawi Timur dan dimenangkan oleh dinasti Abbasiyah, Raja Bizyantium
kemudian melakukan perjanjian perdamaian, Khalifah al-Ma’mun saat itu menyertakan
dalam perjanjian agar karya-karya Yunani kuno yang ada di lemari istananya
untuk diterjemahkan oleh penerjemahnya.
Saat itu Raja Bizyantium tidak mengerti
untuk apa Khalifah al-Ma’mun menyertakan syarat demikian dalam perjanjian perdamaian.
Hal inilah yang menggambarkan betapa gelapnya Eropa akan ilmu pengetahuan saat
itu, mereka bahkan tidak bisa menggunakan dengan baik dan menganggap biasa saja
terhadap peninggalan-peninggalan peradabannya dahulu yang telah maju. Khalifah
Abdullah al-Ma’mun menghabiskan kegiatan pengumpulan dan penerjemahan
karya-karya asing ini sebesar 300.000 dinar atau jika dirinci saat ini ialah
660 Milyar.
Kegiatan besar-besaran yang dilakukan oleh
khalifah dinasti Abbasiyah pada dasarnya memiliki tujuan, diantaranya ialah:
Adanya keinginan khalifah mengembangkan
ilmu-ilmu eksakta yang dipelopori oleh bangsa yang telah maju (Yunani dan
Persia).
Penerjemahan filsafat Yunani juga mempunyai
motif agar umat Islam dapat mengimbangi perdebatan dengan umat Yahudi dan
Nasrani dalam hal logika.
Keinginan khalifah mengambil sisa-sisa
peninggalan bangsa yang telah maju (Yunani dan Persia) sebagai bekal membangun
dinasti Abbasiyah menjadi negara dengan peradaban yang maju.
Adanya dorongan dari ayat-ayat Al-Qur’an
untuk mengamati alam sekitar yang menjadi konsekuensi untuk menuntut ilmu dan
mengembangkan penelitian-penelitian.
Adanya anggapan baik dari khalifah maupun
masyarakat bahwa tingkat kemajuan pada ilmu pengetahuan akan memiliki
konsekuensi terhadap kemajuan kemakmuran dan taraf ekonomi suatu negara.
Penulis:
Khoirus Sahro (Kader IPPNU
PAC Purwosari, Pasuruan, Jatim)
Kunjungi Bagian Artikel :
- Baitul Hikmah Berkembang Pesat Masa Khalifah Al Ma’mun (01)
- Fungsi Baitul Hikmah dalam IlmuPengetahuan (02)
- Kontribusi Baitul Hikmah terhadapPeradaban Dunia (03)
Fungsi Baitul Hikmah dalam Ilmu Pengetahuan. Ini
Fungsi Baitul Hikmah dalam Ilmu Pengetahuan. Info Fungsi Baitul Hikmah dalam
Ilmu Pengetahuan. Tentang Fungsi Baitul Hikmah dalam Ilmu Pengetahuan. Jika
Fungsi Baitul Hikmah dalam Ilmu Pengetahuan. Maka Fungsi Baitul Hikmah dalam
Ilmu Pengetahuan. Jadi Fungsi Baitul Hikmah dalam Ilmu Pengetahuan. Misalnya
Fungsi Baitul Hikmah dalam Ilmu Pengetahuan. Namun, Fungsi Baitul Hikmah dalam
Ilmu Pengetahuan. Itulah Fungsi Baitul Hikmah dalam Ilmu Pengetahuan. Nanti
Fungsi Baitul Hikmah dalam Ilmu Pengetahuan. Walau Fungsi Baitul Hikmah dalam
Ilmu Pengetahuan. Tapi Fungsi Baitul Hikmah dalam Ilmu Pengetahuan. Inilah
Fungsi Baitul Hikmah dalam Ilmu Pengetahuan. Jika Fungsi Baitul Hikmah dalam
Ilmu Pengetahuan. Maka Fungsi Baitul Hikmah dalam Ilmu Pengetahuan. Jadi Fungsi
Baitul Hikmah dalam Ilmu. Itulah Fungsi Baitul Hikmah dalam Ilmu. Andai Fungsi
Baitul Hikmah dalam Ilmu. Itu Fungsi Baitul Hikmah. Fungsi Baitul Hikmah.