Suasana Kongres PP IPPNU | Pelajarmalang.com |
MEDIA IPNU – Sikapi
Kongres IPPNU secara terpelajar untuk otokritik bersama. Pada hari Minggu pagi
kemarin yang harusnya menjadi bagian dari akhir pekan yang bahagia, nyatanya
benar-benar mengganggu kenyamanan sebagian orang. Pasalnya, video kericuhan
yang terjadi dalam forum kongres IPPNU telanjur menyebar ke mana-mana. Bagi
yang sudah melihat videonya, atau bahkan mengikuti secara langsung
rangkaian kongres, cukuplah itu menjadi evaluasi dan otokritik bersama.
Lalu begini, Rekanita...
Izinkan saya; mbak-mbak
IPPNU biasa ini, mencoba untuk angkat bicara soal video yang massif menyebar
dan rentetan 'kericuhan' lain yang timbul setelah kongres.
Rekanita, Bapak, Ibu,
atau saudara-saudara sekalian; seperti yang kita tahu bersama, kongres adalah
forum permusyawaratan tertinggi dalam tubuh IPPNU. Di dalamnya terdapat
serangkaian sidang dan agenda pemilihan ketua. Dengan ratusan peserta dari
Sabang sampai Merauke yang, saya yakin, semuanya mencintai IPPNU dengan setulus
hati, tentu saja mencapai kata mufakat itu tidak semudah jempol kita yang
ringan sekali pencet-pencet fitur share.
Delegasi dari setiap
pimpinan yang datang, adalah mereka yang sama seperti kita; sama-sama
menginginkan kemaslahatan untuk IPPNU ke depan. Aspirasi yang disuarakan oleh
masing-masing delegasi adalah ekspresi cinta tiap pimpinan untuk IPPNU. Dan
yang jamak kita ketahui, ekspresi cinta itu beragam bentuknya. Seharusnya,
tugas kita adalah menerima dengan besar hati bahwa, tidak semua pimpinan
memiliki ekspresi cinta yang seragam dengan pilihan kita.
Sikapi Kongres IPPNU
secara Terpelajar
Taggar #kongresfullsenyum
itu tidak boleh berakhir menjadi bangkai. Reaksi kita atas setiap pendapat,
kejadian, dan apa saja yang terjadi saat kongres dan setelahnya, haruslah
merepresentasikan kader IPPNU yang benar-benar membanggakan dan menggembirakan.
Kita memang tidak bisa
menafikan fakta bahwa salah satu rangkaian dalam kongres adalah pemilihan ketua
umum yang baru. Tapi, yang perlu diingat betul adalah, bukan itu satu-satunya
tujuan diselenggarakannya kongres. Pemaknaan dan pembacaan kita terhadap
kongres harus utuh. Jika kongres hanya dianggap sebagai ajang 'kontestasi
politik', maka hal-hal yang substantif justru akan kabur.
Keberpihakan kita pada
salah satu calon ketua umum adalah sesuatu yang sah-sah saja. Meyakini bahwa
nama yang kita 'usung' adalah sosok yang pantas memimpin juga boleh-boleh saja.
Perasaan bangga kita kepada calon ketua umum kemarin adalah perasaan yang
valid. Tetapi rekanita, meski semua itu halal-halal saja, ada satu hal yang
tidak boleh kita lupakan: menjatuhkan atau bahkan membunuh karakter orang lain
di hadapan publik, terlepas bagaimanapun preferensi kita, adalah hal yang tak
etis dan tak wajar untuk dilakukan.
Ketua umum IPPNU sudah
terpilih melalui keputusan yang diambil dalam suatu forum yang dinyatakan
kuorum. Ketua yang terpilih adalah mandat kongres yang harus kita hargai.
Dibanding sibuk mengembangkan asumsi negatif, mengapa kita tidak sejenak
bersyukur atas munculnya tiga calon ketua umum kemarin? Mereka bertiga adalah
kader-kader IPPNU yang tidak bisa diremehkan kompetensinya. Gagasan-gagasan
yang disampaikan adalah aset berharga untuk kebaikan IPPNU.
Kongres telah usai.
Seyogyanya, kita tidak lagi fokus pada kekuatan-kekuatan parsial, melainkan
kekuatan kolektif atas nama IPPNU secara kelembagaan. Tugas kita selanjutnya
adalah mengawal dan turut berkontribusi terhadap baik dan lancarnya perjalanan
IPPNU ke depan.
Kalau mengaku
sungguh-sungguh mencintai IPPNU, maka, mari sudahi egoisme kelompok yang selama
ini hinggap di hati kita. Sudahi pula menyebar narasi-narasi provokatif yang
justru jauh dari kata terpelajar. Jika pasca-Kongres ini hati kita justru
terasa penuh amarah, coba pejamkan mata sebentar; mengingat betapa para pendiri
IPPNU adalah sosok yang welas dan menjadikan kemaslahatan sebagai prioritas.
Lalu, kirimkan doa terbaik kita, sembari berdoa juga, semoga kita semua—tanpa
terkecuali, dimampukan menjaga marwah IPPNU sebagai ikatan pelajar yang
harusnya benar-benar terpelajar.
*Penulis: Hikmah Imroatul
Afifah (Wakil Ketua PC IPPNU Kota Malang Periode 2018-2020)
- Artikel telah melalui penyuntingan oleh editor.
- Artikel asli berjudul “Menyikapi Kongres dengan Terpelajar” dan bisa dikunjungi langsung di pelajarmalang.com
Temukan pula artikel menarik Media IPNU di Google News
Baca juga:
- Usia Maksimal Pengurus IPNU IPPNU Diturunkan Jadi 24 Tahun
- Profil Agil Nuruz Zaman Ketua Umum PP IPNU Periode 2022-2025
- Profil Whasfi Velasufah Mandataris Kongres XIX IPPNU di Jakarta
- 19 Kader IPNU Kalbar Lewati ‘Pulau Laskar Pelangi’ untuk Kongres
- Kader IPNU Papua Barat Rela Diombang-ambingkan Ombak 6 Hari
Perlu menulis Sikapi
Kongres IPPNU Secara Terpelajar. Tulisan Sikapi Kongres IPPNU Secara
Terpelajar ini untuk semua. Otokritik Sikapi Kongres IPPNU Secara Terpelajar.
Maka dari itu Sikapi Kongres IPPNU Secara Terpelajar. Akhirnya, mari Sikapi
Kongres IPPNU Secara Terpelajar. Sikapi Kongres IPPNU Secara Terpelajar ini
dipublikasikan. Tulisan Sikapi Kongres IPPNU. Sebagai informasi Sikapi Kongres
IPPNU. Agar Sikapi Kongres IPPNU. Maka Sikapi Kongres IPPNU.