MEDIA IPNU - Santri
Sebagai Benteng Pelajar dalam Mengatasi Radikalisme di Indonesia. Sebelumnya
perlu kita ketahui bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia kini sedang dalam
masalah yang bisa dikatakan sangat serius. Seperti halnya banyak pelajar Islam
yang berpacaran dan kadang berbuat yang tidak senonoh, bahkan mereka tidak
segan-segan untuk mengunggahnya di media sosial. Kemudian permasalahan yang
kedua adalah tentang gadget yang begitu menjadi raja bagi mereka-mereka,
ibaratkan sehari saja tanpa gadget bagaikan sebulan tanpa makan.
Misalnya seperti tertera
dalam data, berdasarkan Survey Lentera tahun 2015, sebanyak 45% jumlah remaja
di Indonesia pada usia 13 hingga 19 tahun sudah merokok. Dan bahkan kita sering
menjumpai banyak sekali berita di televisi yang menayangkan tentang kasus-kasus
yang terjadi dikalangan pelajar. Seperti salah satunya adalah berita yang
ditayangkan oleh salah satu stasiun TV swasta yakni tentang gladiator pelajar
yang menyebabkan kematian.
Namun dari beberapa
masalah tersebut, terdapat masalah yang lebih serius yakni yang berkaitan
dengan aqidah agama mayoritas penduduk kita yakni aqidah Islam. Pancasila
sebagai dasar negara kita terancam hancur karena kepentingan-kepentingan
kelompok yang mengatasnamakan pembelaan terhadap Islam, karena Pancasila
menurut mereka adalah suatu hukum yang bertentangan dengan hukum Allah SWT.
Santri Sebagai Benteng
Pelajar dalam Mengatasi Radikalisme di Indonesia. Ulama dan kyai sebagai
orangtua santri ketika di pondok pesantren telah mengajarkan banyak hal terkait
indahnya berkehidupan dengan penuh kedamaian, toleransi antar umat beragama,
dan tidak saling menjatuhkan satu sama lain. Indonesia merdeka bukanlah hal
yang sangat mudah untuk dilakukan, butuh banyak sekali perjuangan dan
pengorbanan baik berupa material ataupun immaterial, bahkan tak
tanggung-tanggung nyawa pun akan dikorbankan.
Santri Sebagai Benteng
Pelajar dalam Mengatasi Radikalisme di Indonesia. Santri adalah bagian dari
generasi muda Indonesia yang memiliki tanggung jawab terhadap kelangsungan
hidup negara republik Indonesia dan merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya
dan cita-cita perjuangan ulama serta cita-cita bangsa Indonesia. Dimanapun dia
berada harus dan memang suatu kewajiban dalam menjaga dan membentengi
pelajar-pelajar Islam untuk tidak jatuh kedalam jurang permusuhan dan kebencian
terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pendidikan adalah bidang
yang memang harus kita garap sebagai bidang yang sangat vital dalam rangka
menanamkan nilai-nilai aqidah Islam yang sesuai dan tidaklah radikal seperti
apa yang telah terjadi. Para santri harus mampu menyelami ruang batin dunia
pendidikan kita. Tanggung jawab sejarah tersebut harus terus diperjuangkan jika
tidak ingin organisasi kepelajaran ini dianggap latah dalam menghadapi
tantangan global.
Lantas, dengan apa
santri-santri akan bergerak? Paling tidak, santri mampu menjadi semangat
perjuangan untuk mendapatkan hak-hak pendidikan bagi pelajar Indonesia. Ideologi ahlussunnah wal jama’ah haruslah
ditanamkan pada para pelajar Islam mulai sejak kecil. Karena masa kecil
merupakan masa dimana anak akan mulai meniru dan mengingat-ingat dengan jelas
apa yang telah diajarkan dalam kehidupannya.
Santri Sebagai Benteng
Pelajar dalam Mengatasi Radikalisme di Indonesia. Toleransi antar sesama
manusia memanglah sangat penting kita jaga. Sebagaimana telah diajarkan oleh
Rasulullah Muhammad SAW, bahwasannya beliau ketika berperang melawan kaum kafir
tidak menyerang dan menyakiti musuh yang telah tidak berdaya. Musuh-musuh
tersebut bukanlah orang-orang yang beragama Islam dan pengikut Rasulullah SAW,
tetapi beliau tetap memiliki rasa toleransi yang sangat luar biasa. Bahkan
musuh-musuh tersebut diobati dan diberi makanan berupa roti.
Selain itu, pemuda
Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928
mendeklarasikan tentang kesatuan, persatuan dan keutuhan. Bahwasannya mereka
bersumpah untuk berbangsa, berbahasa dan bernegara satu yakni Indonesia.
Merefleksikan kembali peristiwa sumpah pemuda yang terjadi 83 tahun silam
adalah bagian dari upaya menatap masa depan. Semangat kesatuan senasib
sepenanggungan dan rasa memiliki tanah air menjadi alasan mengapa tercetusnya
momentum sumpah pemuda. Kemudian nasionalisme adalah bekal para golongan muda
masa itu untuk berhimpun dan bersatu dalam peristiwa heroik 28 Oktober 1928.
Santri Sebagai Benteng
Pelajar dalam Mengatasi Radikalisme di Indonesia. Peran penting dari seorang
pemuda adalah pada kemampuannya melakukan perubahan. Seperti dikutip dari
sebuah artikel yang dimuat oleh media Kompasiana bahwa “Perubahan menjadi
indikator suatu keberhasilan terhadap sebuah gerakan pemuda. Perubahan menjadi
sebuah kata yang memiliki daya magis yang sangat kuat sehingga membuat gentar
orang yang mendengarnya, terutama mereka yang telah merasakan kenikmatan dalam
iklim status quo. Kekuatannya begitu besar hingga dapat menggerakkan kinerja
seseorang menjadi lebih produktif. Keinginan akan suatu perubahan melahirkan
sosok pribadi yang berjiwa optimis”.
Apa yang dapat diberikan
pada negara tercinta ini tentu berbeda dengan masa 1928-an. Bila pada masa itu
para pemuda mempertaruhkan nyawa dan raga untuk meraih kemerdekaan sesuai
dengan apa yang mereka cita-citakan, kita tidak perlu lagi melakukannya. Wajar
mengapa golongan muda selalu dielu-elukan sebagai ahli waris estafet perjalanan
bangsa di masa yang akan datang. Sebab, generasi muda adalah golongan yang
mampu berdiri atas idealismenya dan berjuang menurut sisi-sisi keidealan. Maka
dari itu, kita sebagai generasi muda dan tentunya seorang santri harus dapat
senantiasa menjaga dan melaksanakan amanat sejarah akan pentingnya rasa
persatuan dan toleransi guna menanamkan benih-benih kecintaan kita terhadap
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Santri Sebagai Benteng
Pelajar dalam Mengatasi Radikalisme di Indonesia. Dalam rangka menghalau
radikalisme dan menjaga persatuan antar pelajar, maka disinilah kita harus
mulai merancang suatu strategi jitu yang dapat membangun benteng ideologi
Aswaja yang kokoh. Sehingga perlahan demi perlahan akan timbul rasa bahwa
kehidupan ini sangatlah indah apabila tanpa radikalsime. Baru-baru ini banyak
sekali aliran baru yang bermunculan yang membawa nama Islam tapi berjiwa
teroris. Mereka jihad menggunakan bom dan kebanyakan mereka merekrut pelajar.
Dan sekali lagi peran
santri di sini adalah sebagai benteng agar kita mempunyai fondasi ajaran
ahlussunnah wal jama’ah yang kuat sehingga kita tidak mudah terpengaruh oleh
aliran-aliran baru tersebut. Untuk itu perlu sesegera mungkin diambil langkah
yang memungkinkan dapat menangkal dan menghilangkan paham radikalime.
Berikut adalah langkah
yang dapat kita lakukan sebagai santri yang peduli akan masa depan bangsa
Indonesia, terutama dikalangan pelajar Islam Nusantara:
Memperkenalkan Ilmu
Pengetahuan dengan Baik dan Benar
Hal pertama yang dapat
dilakukan untuk mencegah paham radikalisme dan tindak terorisme ialah
memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar. Pengenalan tentang ilmu
pengetahuan ini harusnya sangat ditekankan kepada siapapun, terutama kepada
para generasi muda. Hal ini disebabkan pemikiran para generasi muda yang masih
mengembara karena rasa keingintahuannya. Apalagi terkait suatu hal yang baru
seperti sebuah pemahaman terhadap suatu masalah dan dampak pengaruh
globalisasi.
Dalam hal ini,
memperkenalkan ilmu pengetahuan bukan hanya sebatas ilmu umum saja, tetapi juga
ilmu agama yang merupakan pondasi penting terkait perilaku, sikap, dan juga
keyakinannya kepada Tuhan. Kedua ilmu ini harus diperkenalkan secara baik dan
benar, dalam artian haruslah seimbang antara ilmu umum dan ilmu agama. Sedemikian
sehingga dapat tercipta kerangka pemikiran yang seimbang dalam diri.
Memahamkan Ilmu
Pengetahuan dengan Baik dan Benar
Hal kedua yang dapat
dilakukan untuk mencegah pemahaman radikalisme dan tindak terorisme ialah
memahamkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar. Setelah memperkenalkan ilmu
pengetahuan dilakukan dengan baik dan benar, langkah berikutnya ialah tentang
bagaimana cara untuk memahamkan ilmu pengetahuan tersebut. Karena tentunya
tidak hanya sebatas mengenal, pemahaman terhadap yang dikenal juga diperlukan.
Sedemikian sehingga apabila pemahaman akan ilmu pengetahuan, baik ilmu umum dan
ilmu agama sudah tercapai, maka kekokohan pemikiran yang dimiliki akan semakin
kuat.
Dengan demikian, maka
tidak akan mudah goyah dan terpengaruh terhadap pemahaman radikalisme sekaligus
tindakan terorisme dan tidak menjadi penyebab lunturnya bhinneka tunggal ika
sebagai semboyan Indonesia. Karena dengan pemahaman yang baik dan benar maka
pemikiran seseorang tersebut akan sejalan serta sesuai dengan apa yang telah
disampaikan.
Meminimalisir Kesenjangan
Sosial di Kalangan Pelajar
Kesenjangan sosial yang
terjadi juga dapat memicu munculnya pemahaman radikalisme dan tindakan
terorisme. Sedemikian sehingga agar kedua hal tersebut tidak terjadi, maka
kesenjangan sosial haruslah diminimalisir, terutama dikalangan pelajar yang
sejatinya mereka haruslah saling peduli satu sama lainnya. Apabila tingkat
pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme tidak ingin terjadi, maka
kesenjangan antar pelajar haruslah diminimalisir.
Menjaga Persatuan dan
Kesatuan
Menjaga persatuan dan
kesatuan juga bisa dilakukan sebagai upaya untuk mencegah pemahaman radikalisme
dan tindakan terorisme di kalangan pelajar, terbelih di tingkat Negara.
Sebagaimana kita sadari bahwa dalam ranah sekolah pasti terdapat keberagaman
atau kemajemukan. Oleh karena itu, menjaga persatuan dan kesatuan dengan adanya
kemajemukan tersebut sangat perlu dilakukan untuk mencegah masalah radikalisme
dan terorisme. Salah satu yang bisa dilakukan dalam kasus Indonesia ialah
memahami dan menjalankan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila,
sebagaimana semboyan yang tertera disana ialah Bhinneka Tunggal Ika.
Mendukung Aksi Perdamaian
Aksi perdamaian mungkin
secara khusus dilakukan untuk mencegah tindakan terorisme agar tidak terjadi.
Kalaupun sudah terjadi, maka aksi ini dilakukan sebagai usaha agar tindakan
tersebut tidak semakin meluas dan dapat dihentikan. Namun apabila kita tinjau
lebih dalam bahwa munculnya tindakan terorisme dapat berawal dari munculnya
pemahaman radikalisme yang sifatnya baru, berbeda, dan cenderung menyimpang
sehingga menimbulkan pertentangan dan konflik. Oleh karena itu, salah satu cara
untuk mencegah agar hal tersebut (pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme)
tidak terjadi ialah dengan cara memberikan dukungan terhadap aksi perdamaian
yang dilakukan.
Meningkatkan Pemahaman
Akan Hidup Kebersamaan Dikalangan Pelajar
Meningkatkan pemahaman
tentang hidup kebersamaan juga harus dilakukan untuk mencegah munculnya
pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme. Meningkatkan pemahaman ini ialah
terus mempelajari dan memahami tentang artinya hidup bersama-sama dalam
bermasyarakat bahkan bernegara yang penuh akan keberagaman, termasuk Indonesia
sendiri. Sehingga sikap toleransi dan solidaritas perlu diberlakukan, disamping
mentaati semua ketentuan dan peraturan yang sudah berlaku dimasyarakat dan
Negara.
Dengan demikian, pasti
tidak akan ada pihak-pihak yang merasa dirugikan karena kita sudah paham
menjalankan hidup secara bersama-sama berdasarkan ketentuan-ketentuan yang
sudah ditetapkan ditengah-tengah masyarakat dan negara. Terutama dikalangan
warga yang memang dari kyai-kyainya dan ulama setempat telah banyak mengajarkan
bahwa hidup dengan penuh rasa kebersamaan memanglah sangat indah dan inilah
yang memang menjadi identitas dari umat Islam.
Memberi Pengetahuan Bahwa
Kita Harus Menyaring Informasi yang Didapatkan
Menyaring informasi yang
didapatkan juga merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah
pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme. Hal ini dikarenakan informasi
yang didapatkan tidak selamanya benar dan harus diikuti. Terlebih dengan adanya
kemajuan tekhnologi seperti sekarang ini, dimana informasi bisa datang dari
mana saja. Sehingga penyaringan terhadap informasi tersebut harus dilakukan
agar tidak menimbulkan kesalahpahaman, dimana informasi yang benar menjadi
tidak benar dan informasi yang tidak benar menjadi benar. Oleh karena itu, kita
harus bisa menyaring informasi yang didapat sehingga tidak sembarangan
membenarkan, menyalahkan, dan terpengaruh untuk langsung mengikuti informasi
tersebut.
Mensosialisasikan Bahaya
Radikalisme dan Terorisme
Santri Sebagai Benteng
Pelajar dalam Mengatasi Radikalisme di Indonesia. Mensosialisasikan disini
bukan berarti kita mengajak untuk menyebarkan pemahaman radikalisme dan
melakukan tindakan terorisme, namun kita mensosialisasikan tentang apa itu
sebenarnya radikalisme dan terorisme. Sehingga nantinya akan banyak pelajar
yang mengerti tentang arti sebenarnya dari radikalisme dan terorisme tersebut.
Di mana kedua hal tersebut sangatlah berbahaya bagi kehidupan, terutama
kehidupan yang dijalani secara bersama-sama dalam dasar kemajemukan atau
keberagaman. Jangan lupa pula untuk mensosialisasikan tentang bahaya, dampak,
serta cara-cara untuk bisa menghindari pengaruh pemahaman radikalisme dan tindakan
terorisme.
Harapan kita sebagai
seorang santri dapat turut serta memberantas paham radikalisme yang mengancam
kehidupan kita sebagai warga negara Indonesia. Oleh karena itu, upaya
pencegahan juga harus lebih ditekankan dan dilakukan kepada para generasi muda
yang merupakan ujung tombak penerus bangsa di masa depan.
Oleh : Mochammad Yudha Bhakti
Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU