Dr. (H.C.). K.H. Abdurrahman Wahid | Wikipedia |
MEDIA IPNU - Profil Gus Dur dalam Sejarah Indonesia dan Prestasi Akademiknya. Dr. (H.C.). K.H. Abdurrahman Wahid (lahir dengan nama Abdurrahman ad-Dakhil; 7 September 1940 – 30 Desember 2009), atau yang akrab disapa Gus Dur, adalah tokoh Muslim Indonesia dan pemimpin politik yang menjadi Presiden Indonesia yang keempat dari tahun 1999 hingga 2001. Ia menggantikan Presiden B.J. Habibie setelah dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat hasil Pemilu 1999. Penyelenggaraan pemerintahannya dibantu oleh Kabinet Persatuan Nasional.
Mengenai karir politik Gus Dur, seorang tokoh Megawati memiliki hubungan ambivalen dengan Gus Dur. Pada reshuffle Kabinet Agustus 2000 misalnya, Megawati tidak hadir untuk mengumumkan susunan baru. Pada kesempatan lain, ketika gelombang politik mulai berbalik melawan Gus Dur, Megawati membelanya dan mengecam para kritikus. Pada tahun 2001, Megawati mulai menjauhkan diri dari Gus Dur ketika Sidang Istimewa MPR mendekat dan prospeknya menjadi presiden meningkat. Meski menolak berkomentar secara spesifik, dia menunjukkan tanda-tanda mempersiapkan diri, mengadakan pertemuan dengan para pemimpin partai sehari sebelum Sidang Istimewa dimulai.
Masa kepresidenan Abdurrahman Wahid dimulai pada 20 Oktober 1999 dan berakhir pada Sidang Istimewa MPR pada tahun 2001. Tepat 23 Juli 2001, kepemimpinannya digantikan oleh Megawati Soekarnoputri setelah mandatnya dicabut oleh MPR. Abdurrahman Wahid adalah mantan ketua Tanfidziyah (badan eksekutif) Nahdlatul Ulama dan pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Latar Belakang Keluarga
Abdurrahman
"Addakhil", demikian nama lengkapnya. Secara leksikal,
"Addakhil" berarti "Sang Penakluk", sebuah nama yang
diambil Wahid Hasyim, orang tuanya, dari seorang perintis Dinasti Umayyah yang
telah menancapkan tonggak kejayaan Islam di Spanyol. Belakangan kata
"Addakhil" tidak cukup dikenal dan diganti nama "Wahid",
Abdurrahman Wahid, dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur.
"Gus" adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang anak
kiai yang berati "abang" atau "mas".
Gus Dur adalah putra
pertama dari enam bersaudara yang dilahirkan di Denanyar Jombang Jawa Timur
pada tanggal 4 Agustus 1940. Secara genetik Gus Dur adalah keturunan
"darah biru". Ayahnya, K.H. Wahid Hasyim adalah putra K.H. Hasyim
Asy'ari, pendiri jam'iyah Nahdlatul Ulama (NU)-organisasi massa Islam terbesar
di Indonesia-dan pendiri Pesantren Tebu Ireng Jombang. Ibundanya, Ny. Hj.
Sholehah adalah putri pendiri Pesantren Denanyar Jombang, K.H. Bisri Syamsuri.
Kakek dari pihak ibunya ini juga merupakan tokoh NU, yang menjadi Rais 'Aam PBNU
setelah K.H. Abdul Wahab Hasbullah. Dengan demikian, Gus Dur merupakan cucu
dari dua ulama NU sekaligus, dan dua tokoh bangsa Indonesia.
Pada tahun 1949, ketika
clash dengan pemerintahan Belanda telah berakhir, ayahnya diangkat sebagai
Menteri Agama pertama, sehingga keluarga Wahid Hasyim pindah ke Jakarta. Dengan
demikian suasana baru telah dimasukinya. Tamu-tamu, yang terdiri dari para
tokoh-dengan berbagai bidang profesi-yang sebelumnya telah dijumpai di rumah
kakeknya, terus berlanjut ketika ayahnya menjadi Menteri agama. Hal ini
memberikan pengalaman tersendiri bagi seorang anak bernama Abdurrahman Wahid.
Secara tidak langsung, Gus Dur juga mulai berkenalan dengan dunia politik yang
didengar dari kolega ayahnya yang sering mangkal di rumahnya.
Sejak masa kanak-kanak,
ibunya telah ditandai berbagai isyarat bahwa Gus Dur akan mengalami garis hidup
yang berbeda dan memiliki kesadaran penuh akan tanggung jawab terhadap NU. Pada
bulan April 1953, Gus Dur pergi bersama ayahnya mengendarai mobil ke daerah Jawa
Barat untuk meresmikan madrasah baru. Di suatu tempat di sepanjang pegunungan
antara Cimahi dan Bandung, mobilnya mengalami kecelakaan. Gus Dur bisa
diselamatkan, akan tetapi ayahnya meninggal. Kematian ayahnya membawa pengaruh
tersendiri dalam kehidupannya.
Dalam kesehariannya, Gus
Dur mempunyai kegemaran membaca dan rajin memanfaatkan perpustakaan pribadi
ayahnya. Selain itu ia juga aktif berkunjung keperpustakaan umum di Jakarta.
Pada usia belasan tahun Gus Dur telah akrab dengan berbagai majalah, surat
kabar, novel dan buku-buku yang agak serius. Karya-karya yang dibaca oleh Gus
Dur tidak hanya cerita-cerita, utamanya cerita silat dan fiksi, akan tetapi
wacana tentang filsafat dan dokumen-dokumen manca negara tidak luput dari
perhatianya. Di samping membaca, tokoh satu ini senang pula bermain bola, catur
dan musik. Dengan demikian, tidak heran jika Gus Dur pernah diminta untuk
menjadi komentator sepak bola di televisi. Kegemaran lainnya, yang ikut juga
melengkapi hobinya adalah menonton bioskop. Kegemarannya ini menimbulkan
apresiasi yang mendalam dalam dunia film. Inilah sebabnya mengapa Gu Dur pada
tahun 1986-1987 diangkat sebagai ketua juri Festival Film Indonesia.
Masa remaja Gus Dur
sebagian besar dihabiskan di Yogyakarta dan Tegalrejo. Di dua tempat inilah
pengembangan ilmu pengetahuan mulai meningkat. Masa berikutnya, Gus Dur tinggal
di Jombang, di pesantren Tambak Beras, sampai kemudian melanjutkan studinya di
Mesir. Sebelum berangkat ke Mesir, pamannya telah melamarkan seorang gadis
untuknya, yaitu Sinta Nuriyah anak Haji Muh. Sakur. Perkawinannya dilaksanakan
ketika ia berada di Mesir.
Kehidupan Pribadi Gus Dur
Wahid menikah dengan
Sinta Nuriyah dan dikaruniai empat orang anak: Alissa Qotrunnada, Zannuba
Ariffah Chafsoh (Yenny), Anita Hayatunnufus, dan Inayah Wulandari. Yenny juga
aktif berpolitik di Partai Kebangkitan Bangsa dan saat ini adalah direktur The
Wahid Institute. Gus Dur juga dikenal memiliki banyak sahabat dekat diantaranya
adalah : KH. Said Aqil Siroj, KH. Yahya Cholil Staquf, Bisri Effendy, KH A
Mustofa Bisri, dll.
Keterlibatan awal dengan NU
Latar belakang keluarga Gus Dur berarti cepat atau lambat ia akan diminta berperan aktif dalam menjalankan Nahdlatul Ulama (NU). Hal ini bertentangan dengan cita-cita Gus Dur untuk menjadi intelektual publik dan dia telah dua kali menolak tawaran untuk bergabung dengan Dewan Pertimbangan Agama NU. Meski demikian, Gus Dur akhirnya memilih bergabung dengan Dewan ketika kakeknya sendiri, Bisri Syansuri memberinya tawaran ketiga. Dalam mengambil pekerjaan ini, Gus Dur pun mengambil keputusan untuk pindah dari Jombang ke Jakarta dan menetap secara permanen di sana. Sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agama, Gus Dur membayangkan dirinya sebagai pembaharu NU.
Pada saat itu, Gus Dur juga memiliki pengalaman politik pertamanya. Menjelang Pemilu Legislatif 1982, Gus Dur berkampanye untuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP), sebuah Partai Islam yang dibentuk sebagai hasil penggabungan empat partai Islam termasuk NU. Gus Dur mengingatkan bahwa Pemerintah secara aktif mengganggu kampanye PPP dengan menangkap orang-orang seperti dirinya. Namun, Gus Dur selalu dapat mengamankan pembebasannya, setelah mengembangkan koneksi di tempat-tempat tinggi dengan orang-orang seperti Jenderal Benny Moerdani.
Terima Doktor HC dari
Universitas Israel
www.pergunudiy.or.id |
Mantan Presiden RI KH
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) bersama mantan Presiden Afrika Selatan Frederick W
de Klerk mendapat gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa (HDC) dari
Universitas Netanya Israel.
Pada kesempatan
penganugerahan gelar dua tokoh itu, juga diberikan penganugerahan Presidential
Award kepada mantan Presiden Sovyet Mijkhail Gorbachev. Tokoh Muslim Gus Dur mendapat
gelar doktor kehormatan bidang kemanusiaan dari Universitas Netanya Israel.
Prosesi penobatan diselenggarakan di Auditorium universitas tersebut, Senin
lalu, sebagaimana dilansir www.gusdur.net
Selain menerima
penghargaan, Gus Dur juga mengikuti konferensi internasional yang
diselenggarakan Universitas Netanya yang bertajuk "After The Iraq War and
Prior to The Road Map: Risk and Opportunities".
Bersama Mustafa Khalil,
Carl Bildt, dan De Klerk, Gus Dur membahas sesi "The International Aspect
of the Results of the Iraq War and the Road Map" (Aspek Internasional dari
Perang Irak dan Peta Jalan Damai). Sesi ini dimoderatori Ehud Barak dan Mikhail
Gorbachev sebagai narasumber.
Dalam konferensi itu,
Perdana Menteri Palestina Mahmud Abbas atau Abu Ala akan memberikan masukan
soal peta jalan damai. Dan pada akhir acara, para pemimpin dunia itu bertemu
dengan Perdana Menteri Israel Ariel Sharon.
Selain mendapat gelar
doktor kehormatan, Gus Dur dinobatkan menjadi anggota Dewan Kehormatan (Board
of Trustee) pada Strategic Dialogue Center (SDC) Universitas Netanya. Tercatat
pemimpin dunia yang duduk dalam lembaga yang dipimpin Mikhail Gorbachev itu,
antara lain mantan PM Israel Ehud Barak, mantan PM Swedia Carl Bildt, mantan PM
Inggris John Major, mantan PM Rusia Sergei Stepashin, dan mantan PM Mesir
Mustafa Khalil, dan Pangeran El Hassan bin Tallal.
Gus Dur melawat ke luar
negeri untuk memenuhi undangan dari tiga negara. Dia meninggalkan Jakarta lewat
Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada pukul 19.00. Lawatan Gus Dur kali ini
selama 10 hari. Ketiga negara yang akan menjadi tujuan mantan Presiden RI ini
adalah Israel, Amerika Serikat, dan Portugal.
Gus Dur memulai
lawatannya ke Israel. Dia yang datang untuk memenuhi undangan konferensi
Universitas Netanya, Tel Aviv akan membahas Peace Road Map (Peta Jalan Damai)
Palestina - Israel dengan sejumlah mantan presiden, perdana menteri dari Asia,
Eropa, dan Timur Tengah, serta mantan direktur intelijen dari negara-negara
Eropa dan Israel. Pada akhir kunjungannya, Gus Dur akan memenuhi undangan
parlemen Portugal di Lisabon.
Baca juga:
- Ketua Umum Vela Disiapkan Jadi Kader IPPNU Sejak di Ibtidaiyah
- Pelajar NU Bali Peringati HUT RI di Ponpes Tebuireng Jombang
- Keseruan Lomba IPNU IPPNU Bagor Nganjuk Rayakan HUT RI
- Diklatama CBP KPP Batealit Jepara Wujudkan Kader Responsif
- Ketua IPNU Lumajang: Momen Kemerdekaan, Semangat Berjuang
Profil Gus Dur dalam Sejarah Indonesia dan Prestasi Akademiknya. Ini Profil Gus Dur dalam Sejarah Indonesia dan Prestasi Akademiknya. Jadi Profil Gus Dur dalam Sejarah Indonesia dan Prestasi Akademiknya. Maka Profil Gus Dur dalam Sejarah Indonesia dan Prestasi Akademiknya. Akhirnya Profil Gus Dur dalam Sejarah Indonesia dan Prestasi Akademiknya. Jadi Profil Gus Dur dalam Sejarah Indonesia dan Prestasi Akademiknya. Ini Profil Gus Dur dalam Sejarah Indonesia dan Prestasi Akademiknya. Itu Profil Gus Dur dalam Sejarah Indonesia dan Prestasi Akademiknya. Wah, Profil Gus Dur dalam Sejarah Indonesia dan Prestasi Akademikny. Kan, Profil Gus Dur dalam Sejarah Indonesia dan Prestasi Akademiknya. Info Profil Gus Dur dalam Sejarah Indonesia dan Prestasi Akademiknya. Jadi Profil Gus Dur dalam Sejarah Indonesia dan Prestasi Akademiknya. Ini Profil Gus Dur dalam Sejarah Indonesia dan Prestasi. About Profil Gus Dur dalam Sejarah Indonesia dan Prestasi. So, Profil Gus Dur dalam Sejarah Indonesia. Maka Profil Gus Dur dalam Sejarah Indonesia. Ini Profil Gus Dur dalam Sejarah. Soal Profil Gus Dur dalam Sejarah. Info Profil Gus Dur dalam Sejarah. Ini Profil Gus Dur dalam Sejarah. Info Profil Gus Dur. Maka Profil Gus Dur. Bagus Profil Gus Dur. Baru Profil Gus Dur. Profil Gus Dur.