Kader IPPNU |
MEDIA IPNU – Perjuangan Santri
di Tengah Kemegahan Duniawi. Hidup jauh dari keramaian, bahkan lebih cenderung
seakan diasingkan. Saat kembali dituntut berjuang di barisan terdepan.
Mereka identik bersarung
dan berpeci. Pakain ala kadarnya nyaris tak ada yang istimewa baginya. Bahkan
tak jarang mereka dianggap buta tekhnologi. Pantaskah mereka menjadi generasi
penerus masa depan bangsa?
Perjuangan Santri di
Tengah Kemegahan Duniawi. Santri, generasi yang lahir dari lingkungan
pesantren. Aktifitas 24 jam dalam sehari dipantau dan dibatasi dengan
peraturan. Bukan keterbatasan berfikir dan berkarya melainkan keterbatasan pada
sifat-sifat duniawi. Sistem pendidikan melalui kajian kitab kuning membentuk
karakter santri berbeda dengan lainnya. Diantara karakter santri yaitu mandiri,
pantang menyerah, tangguh dan lillahi ta’ala. Karakter yang melekat pada santri
bukan hanya melalui proses belajar belaka, praktik keseharian menjadikan bukan
hanya ilmu dipelajari tapi juga diamalkan.
Pendidikan karakter
amatlah penting di era globalisasi saat ini. Pendidikan moral dan akhlak
haruslah menjadi perhatian lebih. Melalui pendidikan akhlak yang matang
seseorang akan terhindar dari perbuatan yang tidak diinginkan.
كَذَاكَ اَدَبْتُ حَتَّى صَارَ
مِنْ خُلُقِى # اَنِّى وَجَدْتُ مَلَاكَ الشِّيْمَةِ الاَدَبُ
Artinya: “Dengan
pendidikan seperti itulah aku dididik, sehingga hal tersebut menjadi akhlakku.
Aku telah menemukan, sesungguhnya pembentukan akhlak itu benar-benar melalui
pendidikan.” (Syarah Ibnu Aqil Ala Alfiyah ibni Malik, bab dzonna wa
akhwaatuha)
Perjuangan Santri di
Tengah Kemegahan Duniawi. Generasi penerus bangsa haruslah terdidik dengan
jiwa, kepribadian, sikap jujur, bertanggungjawab, dan berjiwa nasionalisme.
Santri sejak sebelum kemerdekan terbukti sebagai garda depan pejuang
kemerdekaan. Pasca kemerdekaan santri senantiasa menjaga dan merawat perjuangan
para pahlawan bangsa. Hubbul wathon minal iman (cinta tanah air sebagian dari
iman) bukan hanya diucapkan tapi direalisasikan dengan melawan sekte-sekte yang
mencoba menghancurkan Indonesia.
Pengabdian pada
masyarakat menjadi hal yang penting saat santri telah kembali ke negeri asal.
Bukan hanya ilmu kitab kuning, keahlian dan keterampilan khas pesantren pun
turut dipersembahkan pada masyarakat. Pengetahuan bukan untuk bekal masa depan
belaka melainkan pula untuk hari ini. Ilmu bukanlah hanya yang dipelajari tapi
apa yang bisa diberi dan diamalkan.
وَاعْلَمْ فَعِلْمُ الْمَرْءِ
يَنْفَعُهُ # اَنْ سَوْفَ يَأْتِى كُلُّ مَا قُدِرَا
Artinya: “Ketahuilah,
karena pengetahuan seseorang itu bermanfaat bagi dirinya, bahwa kelak akan
datang semua yang telah dipastikan (Allah). (Syarah Ibnu Aqil Ala Alfiyah ibni
Malik, bab inna wa akhwaatuha)
Perjuangan Santri di
Tengah Kemegahan Duniawi. Santri di era milenial dituntut untuk melek dengan
isu yang berkembang. Pendirian negara khilafah, full day school (FDS), dan isu
kebangkitan PKI adalah contoh kecil dari apa yang terjadi pada saat ini. Selain
harus peka pada isu diatas, santri harus melek dengan media. Kemajuan teknologi
membuat dunia tak bersisi, dunia maya nampak seakan asli dan nyata.
Perjuangan Santri di
Tengah Kemegahan Duniawi. Perkembangan teknologi haruslah dikuasai. Santri
haruslah aktif mengisi situs jejaring media sosial dengan ilmu yang dimiliki.
Gunakan teknologi untuk berdakwah. Sebagian besar media sosial kini dikuasai
oleh faham radikal dan intoleran. Jika santri tidak bermedia sosial tentu
isu-isu miring dan negatif di dunia maya tidak bisa dibendung.
“Sing waras ojo ngalah”
dalam melawan penyebaran hoaks, tidak berlaku ungkapan “sing waras ngalah”
begitulah ungkapan KH. Mustofa Bisri. Faham radikalisme dan intoleran
menginginkan perpecahan terhadap bangsa Indonesia. Jika kita yang tidak
menjaga, lalu siapa yang akan mempertahankan kemerdekaan bangsa ini?
Selain faham radikal,
terdapat pula aliran-aliran yang meresahkan umat seperti Wahabi, dan Hizbut
Tahrir Indonesia (HTI). Cirinya mereka gemar mengkafirkan golongan yang tak
sepaham dan menganggap diri paling benar. Pengikut aliran Wahabi di
Indonesia-pun cukup banyak. Promosi melalui televisi, jejaring sosial semisal
youtube menjadikan mereka cepat eksis dan dikenal khalayak.
Perjuangan Santri. Santri
zaman now dituntut bukan hanya bisa membaca kitab kuning. Kemajuan tekhnologi
harus dikuasai agar dakwah bukan hanya pada lingkungan masyarakat sekitar, tapi
bisa mencakup zona yang lebih luas. Era globalisasi santri harus kreatif, baik
dalam bidang usaha maupun dakwah. Dakwah bisa melalui media sosial, sedangkan
usaha bisa dengan menciptakan produk-produk kreatif. Pemasaran bukan hanya
melalui pasar konvensional, melainkan melaui basis internet.
Perjuangan Santri. Santri
jangan takut menjadi seorang pemimpin. Banyak tokoh pemimpin negeri ini yang
asalnya santri, seperti presiden ke-4 KH. Abdurrahman Wahid, Gubernur Jatim Dra Khofifah Indar Parawansa, serta Mantan Wakil Bupati Tegal Dra. Hj. Umi Azizah. Santri
sosok ideal pemimpin bagi masyarakat, garda terdepan penjaga keutuhan NKRI dan
generasi yang siap disegala kondisi dan situasi.
Oleh : Muhammad
Afifudin/HF
Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU Pelajar NU