Kader PKPT IPNU IPPNU Universitas Negeri Malang (UM) |
MEDIA IPNU - Kongres ke-20 Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Kongres ke-19 Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) sudah dimulai. Sesuai jadwal kegiatan tersebut digelar di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta hari ini, Jumat (12/08/2022). Salah satu isu hangat dalam Kongres IPNU IPPNU ini ialah peremajaan usia kader dan penghapusan Pimpinan Komisariat Perguruan Tinggi (PKPT) IPNU IPPNU.
Hal tersebut diungkapkan salah satu kader PKPT IPNU IPPNU Universitas Islam Malang, Febi Akbar Rizky sebagaimana dikutip dari NU Online Jatim (Kamis, 11/08/2022).
Kader IPNU yang tengah mengemban amanah sebagai anggota LKPT PW IPNU Jatim itu mengungkapkan, sejak dahulu sampai sekarang, berbagai kampus telah melahirkan kader-kader yang berkualitas dan berintegrasi melalui rumah besar PKPT IPNU IPPNU.
"Artinya memang washilah hadirnya IPNU-IPNU di kampus menjadi lumbung cendekiawan. Andaikan lulus usia muda mereka masih bisa mengabdi menjadi aset investasi yang sangat besar untuk kemajuan IPNU-IPPNU di daerah baik di PC, PW bahkan di Pimpinan Pusat,” kata Febi.
Cover Buku "Urgensi Kehadiran IPNU IPPNU di Kampus" |
Pria yang juga salah satu penulis buku Urgensi Kehadiran IPNU IPPNU di Kampus ini menambahkan, penggodokan intregritas kader kader ada di PKPT IPNU IPPNU.
Kemudian, banyak mahasiwa belum mengenal NU dan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah an-Nahdliyah saat masih pelajar, lalu sudah masuk dunia kampus. Melalui washilah sentuhan kader PKPT IPNU IPPNU menjadi kenal dan paham, sehingga menjadi manifestasi dari perkembangan progress kader.
"Tidak usah jauh-jauh, saya sendiri tadinya tidak kenal Aswaja dan NU. Dengan adanya PKPT di kampus, saya sendiri merasa evolusi yang awalnya menjadi simpatisan NU kemudian jamaah, ikut Makesta menjadi anggota, serta LAKMUD menjadi kader,” terangnya.
Febi yang juga menjadi editor di Literasi Nusantara (Litnus) di Kota Malang ini menegaskan bahwa mengenalkan ajaran Islam Ahlus Sunnah Wal Jama’ah an-Nahdliyah sangat penting di lingkugan kampus.
"Contohnya, di Universitas Brawijaya yang tiap fakultas memiliki masjid. Masjid tersebut disinyalir di bawah kendali aliran yang tidak sepaham dengan Pancasila, kendati tidak keseluruhan," jelasnya.
Kader PKPT IPNU IPPNU UNISMA itu juga menegaskan, belum ada organisasi ekstra kampus manapun yang sejatinya sangat peduli pada Aswaja an-Nahdliyah. Oleh karena itu, Febi menuturkan, tugas kader PKPT IPNU IPPNU yaitu menjaga akidah di masjid-masjid kampus sebisa mungkin. Karena aliran yang anti Pancasila tidak jarang mengadakan amaliyah di masjid kampus tersebut.
“Supaya ini menjadi langkah preventif agar kader-kader tidak tikut-ikutan dengan ajaran yang aneh aneh,” tambahnya.
Pemuda asal Lampung ini tetap menghormati dan patuh terhadap keputusan. Terlebih usulan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tersebut demi kebaikan kader-kader NU, demi menjaga marwah organisasi dan ulama.
"Terlepas dari itu semua, kami sebagai santri tetap sami'na wa atho'na kepada PBNU. Bagaimana pun pengurus PBNU hari ini adalan orang tua kita bersama," katanya.
Febi yang juga santri Pondok Sabilur Rosyad yang diasuh oleh KH Marzuki Mustamar berharap (sekaligus memberikan jalan tengah) ketika usia memang digeser, harus ada wadah baru atau ada gerbong lokomotif baru untuk mewadahi kader-kader PKPT IPNU IPPNU yang sudah berproses dan yang akan merawat Aswaja di kampus.
"Alasannya karena tidak semua mahasiswa yang senang berada di birokrasi kampus. Juga tidak semua mahasiswa senang melakukan demo, serta tidak senang dengan gerakan yang lebih mengarah anarkis. Sehingga butuh wadah yang lebih adem, mampu menjaga akidah, fokus pada amaliah dan dekat dengan ulama," pungkasnya.(sd)
Temukan pula artikel menarik Media IPNU di Google News
Baca juga:
keren min,
BalasHapus