UB | Merdeka.com |
MEDIA IPNU - Biaya Kuliah
Universitas Brawijaya Malang. Sejak tahun 2013, UB menerapkan sistem Uang
Kuliah Tunggal atau biasa disebut UKT bagi semua mahasiswanya. Dengan sistem
ini, mahasiswa tidak lagi harus membayar uang gedung. Semua biaya, termasuk
uang pratikum, dibayarkan bersamaan dengan SPP per semester digabung menjadi
satu pembayaran bernama UKT (Uang Kuliah Tunggal).
Biaya Kuliah Universitas
Brawijaya Malang. Besaran UKT di UB sangatlah beragam sesuai dengan jurusan dan
fakultas dengan dibagi dalam tujuh kategori. Kategori tersebut untuk
mengelompokkan orang tua siswa dengan pendapatan yang berbeda, semakin tinggi
pendapatannya, maka akan masuk kategori tertinggi. UKT paling rendah di setiap
jurusan adalah Rp 500 ribu.
Biaya Kuliah Universitas
Brawijaya Malang. Sedangkan bagi mahasiswa yang lolos dari seleksi jalur
mandiri (SPMK) akan dikenakan biaya UKT yang berbeda dan SPFP (Sumbangan
Pengembangan Fasilitas Pendidikan) yang dibayarkan sekali hingga mahasiswa
tersebut lulus. SPFP maupun UKT bagi mahasiswa jalur mandiri ditetapkan secara
proporsional per jurusan, per mahasiswa, dalam 3 kategori untuk jalur mandiri;
hal ini juga sebagai acuan pemilihan kategori pada UKT.
Biaya Kuliah Universitas
Brawijaya Malang. Ada begitu banyak Beasiswa yang diberikan di UB. Pada tahun
2017 terdapat 6.680 orang penerima beasiswa dengan nilai mencapai Rp. 296
Milyar. Beasiswa tersebut berasal dari berbagai instansi pemerintah, LPDP, dan
perusahaan mulai dari BUMN, Swasta, dan Multinasional.
Biaya Kuliah Universitas
Brawijaya Malang. Mengenai program beasiswa Bidikmisi, per tahunnya UB menerima
4.000 mahasiswa dengan mengalokasikan biaya sebesar Rp 1,5 juta perbulan. Tak
ketinggalan, juga terdapat beasiswa khusus yang berasal dari IKA UB. Universitas
Brawijaya juga menyediakan website khusus yaitu http://beasiswa.ub.ac.id/ yang
mengumumkan informasi penawaran beasiswa. Itulah informasi tentang Biaya Kuliah
Universitas Brawijaya Malang.
PROFIL UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
UB | https://prasetya.ub.ac.id |
Universitas Brawijaya
(UB) didirikan oleh Presiden Republik Indonesia melalui kawat no. 258/K/61
dikirim pada tanggal 11 Juli 1961. Nama Brawijaya ini diambil dari gelar
Raja-Raja Majapahit, sebuah kerajaan besar di Indonesia dari abad ke-12 hingga
ke-15. Kemudian, UB berubah status menjadi universitas negeri pada tanggal 5
Januari 1963, menyusul Keputusan Presiden yang dikeluarkan pada awal tahun yang
sama.
Saat ini UB merupakan
salah satu universitas terkemuka di Indonesia dengan lebih dari 60.000
mahasiswa, dalam berbagai program vokasi, sarjana, magister, doktor, profesi,
dan dokter spesialis.
UB memiliki berbagai
fasilitas penunjang kegiatan akademik di kampus, seperti perpustakaan,
laboratorium seperti LSIH dan LSSR, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat (LPPM), Lembaga Pengembangan Pendidikan (LP2), Lembaga Penjaminan
Mutu (LPM), International Office, Institut Biosains, UB Press, UB Media dan
Komunikasi, Lab Terpadu, UB Forest, Agrotechnopark, Pusat Studi dan Layanan
Disabilitas.
Terdapat juga berbagai
kelompok kegiatan mahasiswa dan fasilitas Unit Kegiatan Mahasiswa, Pertamina
Sport Arena, Sport Clubhouse, Samantha Krida Hall, Widyaloka Hall, Lapangan
Sepakbola dan fasilitas lainnya di Kampus Dieng.
UB juga menyediakan
fasilitas penunjang seperti Armada Bus, Asrama Mahasiswa, Koperasi Karyawan
(KPRI), Asrama Mahasiswa Internasional, Bank dan ATM Center, Kantor Pos, Masjid
Raden Patah, Fasilitas Pembuatan Kompos, serta ketersediaan Kantin Halal.
Sedangkan untuk para alumni, universitas menyediakan Ikatan Alumni, Unit
Pengembangan Karir dan Kewirausahaan, Inkubator Bisnis.
Di era modern ini, UB
juga menyediakan fasilitas IT dan Komputer, seperti Sistem Informasi Akademik,
Sistem Informasi Pendaftaran dan Seleksi Mahasiswa, Sistem Informasi Penerimaan
Mahasiswa Baru Online, Portal Informasi Pelayanan Terpadu (GAPURA), Sistem
Informasi Akademik Mahasiswa, Sistem Pendukung Keputusan, dengan bandwidth
internet yang memadai. UB juga menyediakan fasilitas keselamatan dan kesehatan,
seperti Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan, Ambulan, Klinik Kesehatan, Rumah
Sakit UB, dan e-konseling.
UB telah memiliki
Akreditasi Nasional Grade A yang dikeluarkan oleh Badan Akreditasi Nasional
Perguruan Tinggi, dan LAMPTKES. Selain itu UB juga telah terakreditasi secara
internasional oleh berbagai badan akreditasi, seperti Perpustakaan UB yang
terakreditasi Peringkat A oleh IATUL, Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis yang diakreditasi oleh ACCA, Akreditasi oleh IFT untuk Program Studi
Teknologi Hasil Pertanian di Fakultas Teknologi Pertanian, Akreditasi Badan
Akreditasi Indonesia untuk Pendidikan Keinsinyuran (IABEE) untuk Program Studi
Teknik, akreditasi dari Alliance on Business Education and Scholarship for
Tomorrow, dan juga anggota asosiasi untuk Penjaminan Mutu Jaringan Universitas
ASEAN (AUN-QA), dengan banyak Program Studi Tersertifikasi dan Terakreditasi
AUN-QA.
Sejarah Universitas Brawijaya
1957-1960: Gemeentelijke
Universiteit
Berawal dari Balai Kota
Malang, gagasan untuk pembentukan perguruan tinggi itu digulirkan. Atas prakarsa
Ketua DPRD, 10 Mei 1957, diadakan pertemuan tokoh-tokoh masyarakat dan
pemerintahan kota Malang, membahas rencana pembentukan sebuah Universitas milik
Kotapraja (Gemeentelijke Universiteit).
Universitas ini semula
berstatus swasta, dengan embrio sejak tahun 1957, yaitu berupa Fakultas Hukum
dan Fakultas Ekonomi yang merupakan cabang Universitas Swasta Sawerigading,
Makasar. Sebagai langkah awal, didirikan sebuah yayasan bernama Yayasan
Perguruan Tinggi Malang (YPTM) dengan akta notaris nomor 48 tahun tertanggal 28
Mei 1957. Yayasan ini kemudian membuka Perguruan Tinggi Hukum dan Pengetahuan
Masyarakat (PTHPM), pada 1 Juli 1957. Tercatat sebanyak 104 mahasiswa perguruan
tinggi ini, dan menggunakan ruang sidang Balaikota Malang sebagai tempat perkuliahannya.[8][8]
Sementara itu, atas inisiatif beberapa tokoh masyarakat yang lain dibentuk pula
Yayasan Perguruan Tinggi Ekonomi Malang (YPTEM) dengan akta notaris nomor 26
tertanggal 15 Agustus 1957 yang kemudian mendirikan Perguruan Tinggi Ekonomi
Malang (PTEM). Tak jauh berbeda dengan pendahulunya, aktivitas perkuliahan PTEM
juga menumpan di Balai Kota Malang.[8] Secara resmi PTHPM diakui sebagai milik
Kotaparaja Malang dengan keputusan DPRD,19 Juni 1958. Pada dies natalis ketiga
PTHPM, 1 Juli 1960, diumumkan penggunaan nama Universitas Kotapraja Malang bagi
perguruan tinggi itu. Selain itu diumumkan pula rencana membuka dua fakultas
baru. Rencana itu menjadi kenyataan, 15 September 1960, berdiri Fakultas
Administrasi Niaga (FAN). Disusul kemudian oleh Fakultas Pertanian (FP) pada 10
November 1960.
1961-1964: Upaya
Penegerian
Pembiayaan menjadi
kendala utama penyelenggaraan Universitas Kotapraja Malang. Meskipun diakui
sebagai milik Kotapraja Malang, pembiayaan universitas ini sepenuhnya tetap
menjadi beban yayasan. Oleh karena itu ditempuh usaha untuk memperoleh status
universitas negeri. Sesuai UU nomor 22 tahun 1961 tentang perguruan tinggi, ada
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, baik mengenai jumlah maupun jenis
fakultas yang dimiliki. Untuk itu, diupayakan penggabungan dengan perguruan
tinggi yang sudah ada di Malang, yakni PTEM dan STKM (Sekolah Tinggi Kedokteran
Malang). PTEM sepakat dengan gagasan ini, sementara STKM masih belum dapat
menerimanya.
Sebagai langkah menuju
penggabungan, Universitas Kotapraja Malang berganti nama menjadi Universitas
Brawijaya. Nama ini berasal dari gelar raja-raja Majapahit yang merupakan
kerajaan besar di Indonesia pada abad 12 sampai 15. Nama ini diberikan oleh
Presiden Republik Indonesia melalui kawat nomor 258/K/61 tanggal 11 Juli 1961,
dipilih dari 3 alternatif yang diajukan, yakni Tumapel, Kertanegara, dan
Brawijaya. Nama itu secara resmi baru dipakai 3 Oktober 1961, setelah
penggabungan Yayasan Perguruan Tinggi Malang (Universitas Kotapraja Malang)
dengan Yayasan Perguruan Tinggi Ekonomi Malang (PTEM) menjadi Yayasan
Universitas Malang, yang disahkan akta notaris nomor 11 tanggal 12 Oktober
1961.
Presiden (saat ini
disebut rektor) Universitas Brawijaya, Dr. Doel Arnowo bersama para perintis
universitas lainnya akhirnya mendapatkan kepastian terkait status universitas
negeri dalam sebuah pertemuan 7 Juli 1962 yang dicapai melalui kesepakatan
antara Menteri PTIP, Pangdam V Brawijaya, Presiden Universitas Airlangga, dan
Presiden Universitas Jember.
Dengan keputusan itu,
ditetapkan UB di Malang terdiri dari Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum dan
Pengetahuan Masyarakat, Fakultas Ketatanegaraan dan Ketataniagaan, Fakultas
Pertanian, serta Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan. Keputusan itu pula
memisahkan Fakultas Pertanian, dan Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan
dari Universitas Airlangga dan memasukkannya ke dalam lingkungan UB.
1965-1968: Kampus
Bergolak
Situasi negara memburuk
dengan meletusnya pemberontakan G30S/PKI pada tahun 1965. Seluruh perguruan
tinggi bergolak, tidak terkecuali Universitas Brawijaya. Pergolakan mencapai
puncaknya 2 April 1966, seluruh aktivitas universitas ini berhenti. Dengan
keputusan nomor 012/IV/66, Pangdam V Brawijaya selaku PU Pepelrada (Penguasa
Pelaksana Perang Daerah) menetapkan sebuah presidium untuk memimpin Universitas
Brawijaya, dan dekan untuk memimpin fakultas-fakultas. Keputusan itu kemudian
disahkan Deputi Menteri PTIP dengan Keputusan nomor 4385 tahun 1966. Tugas
utama presidium adalah normalisasi keadaan dan menggalang persatuan dan
kesatuan di kalangan sivitas akademika. Presidium mulai bekerja 7 April 1966,
dan membuka kembali Universitas Brawijaya 12 April 1966. Bulan Juni 1966,
Brigjen dr. Eri Soedewo ditugasi pemerintah untuk stabilisasi beberapa
perguruan tinggi di Jawa Timur. Jabatannya ialah Koordinator Perguruan Tinggi
Swasta Jawa Timur, di samping Pejabat Rektor Universitas Airlangga, Ketua
Presidium Universitas Negeri Surabaya, Ketua Presidium Universitas Negeri
Malang, sekaligus rektor kedua UB.
1969-1997: Pengembangan
Kampus
Pimpinan UB bekerja tanpa
anggaran selama setahun. Baru kemudian secara berangsur-angsur diperoleh
kembali anggaran dari pemerintah. Setelah 3 tahun keadaan menjadi normal, UB
melangkah memasuki masa pembangungan (Pelita I) pada tahun 1969, dipimpin oleh
rektor dari kalangan sendiri, yaitu Prof. Dr. Ir. Moeljadi Banoewidjojo
(1969-1973) dari Fakultas Pertanian. Dalam periode selanjutnya, terjadi
perubahan nama beberapa fakultas, peningkatan beberapa jurusan menjadi
fakultas, pembukaan fakultas dan program-program baru, serta pemisahan program
politeknik yang menjadi cikal bakal Polinema. Selain itu banyak pembangunan
fasilitas berbagai macam pembangunan fisik.
1998-2005: Perguruan
Tinggi Otonom
Pada masa kepemimpinan
Rektor Prof Eka Afnan Troena (1998-2002) mulai menerima mahasiswa asing dan
dimulainya era jaringan serat optik untuk pengembangan teknologi informasi (TI)
di kampus dan pelaksanaan pembelajaran jarak jauh bekerja sama dengan Keio
University, Jepang, serta memulai program pemberian beasiswa studi lanjut bagi
staf administrasi.[8] Pada tahun 2003, berdasarkan SK Rektor nomor 147/SK/2003
dibentuklah dan mulai disosialisasikan pelaksanaan Tim Evaluasi Diri (Persiapan
BHMN-UB) untuk Pengembangan Otonomi dan Akuntabilitas Organisasi UB. Otonomi
adalah salah satu pilar untuk menghasilkan SDM yang berkualitas berdasarkan
hasil studi banding ke Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Institut
Teknologi Bandung dan Institut Pertanian Bogor yang telah berstatus perguruan
tinggi BHMN (Badan Hukum Milik Negara). Universitas Brawijaya mendapat
persetujuan Dirjen Dikti untuk menjadi perguruan tinggi otonom pada tanggal 29
November 2007, walaupun pelaksanaannya harus menunggu pengesahan Undang Undang
BHP. Sementara menunggu pengesahan UU-BHPMN (Badan Hukum Pendidikan Milik
Negara) oleh DPR, untuk itu telah dibentuk tim penyusun proposal BLU (Badan
Layanan Umum) yang diketuai oleh Profesor Sutiman B. Sumitro.
2006-sekarang:
Entrepreneurial University
Dalam masa kepemimpinan
Rektor Prof. Yogi Sugito, UB diarahkan untuk menjadi entrepreneurial university
yang bertaraf internasional, dibuat logo UB, diberlakukan SPP proporsional bagi
mahasiswa baru, dibangun gedung pusat bisnis, gedung kuliah yang megah dan
modern, monumen tugu UB, serta pembentukan Laboratorium Sentral Ilmu Hayati.
Rektor ini sangat memperhatikan keindahan, keamanan, dan kenyamanan kampus.
Pencanangan UB menuju
Entrepreneurial University (EU) disaksikan oleh Wakil Presiden Republik
Indonesia pada tanggal 2 Juni 2007. Bagi UB, EU merupakan perwujudan Visi dan
Misi, untuk menghasilkan lulusan yang mandiri dan berjiwa pelopor. Di dalam
pelaksanaannya telah ditempuh rintisan-rintisan berbagai kegiatan dengan
bantuan dana hasil kerja sama. Sebagai bagian dari langkah nyata UB menuju EU,
maka dilakukan pembenahan organisasi, antara lain pembentukan BUA (Badan Usaha
Akademik) maupun BUNA (Badan Usaha Non Akademik) yang menghimpun belasan
perusahaan milik Brawijaya. Lembaga ini berfungsi sebagai tempat
komersialisasi, pengembangan pendidikan dan latihan kewirausahaan bagi
mahasiswa, dosen, pegawai, dan masyarakat, fasilitator pengembangan riset di
universitas yang relevan dengan kebutuhan Dudi (Dunia Usaha & Dunia
Industri) serta sebagai sumber pendapatan universitas untuk menunjang aktivitas
tridharma perguruan tinggi. Hingga saat ini, Universitas Brawijaya masih
berstatus sebagai PTN - BLU oleh Kemenristekdikti. Hal ini berdampak positif
bagi UB karena tetap menjaga pendidikan yang berkualitas dan berkeadilan bagi
mahasiswa.
Atribut Universitas Brawijaya
Lambang
Lambang merupakan
penyederhanaan dari kenyataan yang kompleks dan bersifat abstrak. Dengan
lambang, sebuah institusi memiliki identitas yang unik agar dikenali orang
lain. Lambang Universitas Brawijaya berbentuk segilima dengan warna dasar biru
kehitaman. Di dalamnya terdapat gambar arca Raden Wijaya (Brawijaya I) berwarna
kuning emas, sebagai penjelmaan Dewa Wisnu yang bertangan empat. Masing-masing
tangan memegang lampu, canka atau siput, qada, dan cakra. Selain itu sebagai
lambang Ciwa, Raden Wijaya mengenakan mahkota Candra Kapala. Di samping kiri
dan kanan Raden Wijaya terdapat sepasang Dewa Perwara sebagai pengikut Sang
Raja. Lambang secara keseluruhan menggambarkan corak atau watak dari
Universitas Brawijaya. Jiwa kepeloporan, seperti yang dimiliki oleh Raden
Wijaya (Brawijaya I), dilukiskan dengan warna kuning emas. Memiliki sifat
abadi, dilukiskan dengan warna dasar hitam.
Menjunjung tinggi
falsafah Pancasila, digambarkan dalam bentuk segilima berwarna kuning emas.
Berani membongkar segala sesuatu yang tidak wajar atau tidak benar, digambarkan
dalam bentuk mahkota candra kapala. Penegak tertib hukum, digambarkan dalam
bentuk gada. Berani meratakan segala sesuatu yang dianggap kurang wajar atau
kurang benar, digambarkan dalam bentuk senjata cakra. Segalanya dilakukan
dengan kesucian yang disertai pula tugas pemelihara atau pembina sesuai dengan
sifat Wisnu, yang dilambangkan dalam bentuk fanka atau siput. Percaya dan
meyakini benar-benar bahwa zat hidup itu ada, yang dilukiskan dalam bentuk
lampu. Dengan demikian lambang tersebut menggambarkan penjiwaan keseluruhan
watak Raden Wijaya (Brawijaya I) yang senantiasa dilandasi moral Pancasila.
Logo, Moto, dan Maskot
Logo Universitas
Brawijaya memuat pesan ”Join UB, Be The Best” yang berarti komitmen tinggi
untuk memberikan jaminan mutu yang paripurna kepada sivitas akademikanya. Logo
UB berbentuk persegi empat dengan warna blue navy dengan tuisan UB berwarna
kuning emas. Logo UB memiliki pesan ”Join UB, Be The Best” adalah huruf “UB”
dalam bulatan mengandung makna bahwa UB selalu dinamis keberadaannya dalam
masyarakat dunia. Sayap berjumlah tiga buah mengelilingi bulatan dunia
menggambarkan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan dan pengajaran,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang bertaraf internasional. Warna
emas pada huruf dan gambar bermakna kebijaksanaan dan kejayaan. Warna biru
menggambarkan Universitas Brawijaya bersifat universal. Bingkai bujur sangkar
sendiri bermakna keadilan. Sejak peringatan Dies Natalis UB ke 44, Januari 2007
diperkenalkan pula moto Universitas Brawijaya yaitu “Building up Noble Future”
atau membangun kemuliaan masa depan. Sedangkan Maskot UB bernama BRONE yang
merupakan singkatan dari “Brawijaya Number One”. BRONE memiliki konsep sebagai
robot pendamping yang menjadi pemandu informasi. Dia mampu belajar dan terus
berkembang. Makna maskot UB adalah: 1) Bentuk robot, bermakna inovasi, juga
mewakili wujud yang kuat dan kokoh, sehingga mampu mewakili konsep kekuatan
daya saing, 2) Dominasi warna biru, kuning, silver, dan hitam, masing-masing
mewakili makna kepercayaan, kebahagiaan, modernisasi, dan elegan.
Singkatan nama
Nama “Brawijaya” secara
khusus diberikan oleh Presiden Soekarno melalui surat kawat Nomor 258/K/61
tertanggal 11 Juli 1961 dari 3 pilihan nama, yakni: Kertanegara, Tumapel, dan
Brawijaya. Nama Brawijaya dipilih Bung Karno dengan harapan agar universitas
ini mampu gemilang seperti Raden Wijaya (Brawijaya I) selaku pendiri Kerajaan
Majapahit sekaligus menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Sejak saat itulah,
Universitas Brawijaya dikenal dengan singkatan nama “Unbra”. Dalam
perkembangannya, sejak 1 Maret 1972 berdasarkan SK Rektor, singkatan “Unbra”
sangat tidak diperkenankan dan diganti dengan singkatan baru berupa “Unibraw”
karena menimbulkan salah tafsir mitra kerja luar negeri. Hal ini dikarenakan
kata “Unbra” jika dilafalkan dalam Bahasa Inggris menjadi kata benda (noun)
yang bermakna tidak menggunakan beha (pakaian dalam wanita), sebuah kekeliruan
yang sangat memalukan. Selanjutnya, sejak tahun 2008 telah disosialisasikan
singkatan “UB” untuk menggantikan singkatan “Unibraw” dan disetujui senat agar
lebih mudah, singkat, dan jelas. Singkatan UB resmi mengalami disambiguasi oleh
Google, diakui secara luas oleh komunitas Internasional bahwa UB mengacu pada
Universitas Brawijaya dan hanya memiliki 2 padanan, yakni University at Bufallo
(AS), serta University of Barcelona (Spanyol).
Arsitek bangunan dan ciri
khas
Nama dari kampus UB
sangat kental dengan sejarah Indonesia, terutama kerajaan Hindu-Budha yang ada
di Indonesia, oleh karena itu UB ingin hal itu melekat pada kampus sebagai ciri
khas yang membedakan dengan kampus lain. Gedung-gedung fakultas dibangun dengan
atap berarsitektur rumah adat jawa yaitu joglo. Gedung Fakultas Teknik juga
harus mengganti atap gedung fakultasnya pasca penyelesaian pembangunan, karena
arsitek yang digunakan tidak sesuai dengan yang umumnya digunakan di kampus
tersebut. Gerbang utama kampus juga tidak luput dari konsep kekhasan nama Brawijaya,
dibangun dengan gapura yang meniru arsitek dari gapura Wringin Lawang, gerbang
peninggalan kerajaan Majapahit yang berada di Trowulan, Mojokerto. Saat ini ada
3 gerbang utama yang dibangun dengan konsep serupa yaitu di Jalan Veteran, dan
gerbang persimpangan Jl. Soekarno-Hatta – Jl. Mt. Haryono – Jl. Mayjend
Panjaitan. Era kejayaan Majapahit dengan ditemukannya simbol kerajaan Majapahit
yaitu Surya Majapahit pada reruntuhan kota-kota yang diduduki Majapahit juga
digunakan pada motif dinding pagar UB. Ini merepresentasika bahwa UB ingin
mencapai kejayaan seperti kerajaan yang pernah berkuasa di Nusantara.
Pohon buah Maja juga
banyak ditanam di kampus, terutama di taman-taman dan gazebo kampus. Buah Maja
sendiri berasa pahit, hal inilah yang melatarbelakangi nama kerajaan Majapahit.
Di sepanjang jalan di dalam kampus ditanam pohon kelapa sawit. Kelapa sawit
adalah salah satu contoh pohon tepi jalan yang ditanam untuk menunjukkan
identitas pada suatu jalur hijau jalan raya di kampus UB. Ini menyimbolkan bahwa
UB berada di wilayah Indonesia yang terkenal dengan penghasilan sawitnya di
daerah Sumatra dan Kalimantan. UB tidak ingin hanya membawa unsur budaya Jawa
yang kuno, namun juga Indonesia yang kaya dengan hasil buminya. Hal inilah yang
menjadi kunikan bagi kampus UB dan membedakan dengan kampus lainnya.
Baca juga:
- Profil Gus Dur dalam Sejarah Indonesia dan Prestasi Akademiknya
- Biografi Presiden Jokowi dan Sejarah Pilkada DKI Jakarta 2012
- Presiden SBY dengan Berbagai Prestasinya di Tanah Air
- Universitas Indonesia UI Terus Komitmen untuk Tingkatkan Mutu
- Ketua Umum Vela Disiapkan Jadi Kader IPPNU Sejak di Ibtidaiyah
Biaya Kuliah Universitas
Brawijaya Malang. Info Biaya Kuliah Universitas Brawijaya Malang. Inilah Biaya
Kuliah Universitas Brawijaya Malang. Jika Biaya Kuliah Universitas Brawijaya
Malang. Maka Biaya Kuliah Universitas Brawijaya Malang. Salain itu, Biaya
Kuliah Universitas Brawijaya Malang. Kemudian, Biaya Kuliah Universitas
Brawijaya Malang. Dengan demikian, Biaya Kuliah Universitas Brawijaya Malang.
Inilah Biaya Kuliah Universitas Brawijaya Malang. Info Biaya Kuliah Universitas
Brawijaya Malang. Tentang Biaya Kuliah Universitas Brawijaya Malang.
Jika iaya Kuliah
Universitas Brawijaya Malang. Maka, Biaya Kuliah Universitas Brawijaya Malang.
Jadi Biaya Kuliah Universitas Brawijaya Malang. Itulah Biaya Kuliah Universitas
Brawijaya Malang. Akhirnya, Biaya Kuliah Universitas Brawijaya Malang. Karena,
Biaya Kuliah Universitas Brawijaya Malang. Namun, Biaya Kuliah Universitas
Brawijaya Malang. Tetapi, Biaya Kuliah Universitas Brawijaya Malang. Pun Biaya
Kuliah Universitas Brawijaya Malang. Ini Biaya Kuliah Universitas Brawijaya
Malang.
Info Biaya Kuliah
Universitas Brawijaya Malang. Bagi Biaya Kuliah Universitas Brawijaya Malang.
Jika Biaya Kuliah Universitas Brawijaya Malang. Maka Biaya Kuliah Universitas
Brawijaya Malang. Sebab, Biaya Kuliah Universitas Brawijaya Malang. Soalnya,
Biaya Kuliah Universitas Brawijaya Malang. Namun, Biaya Kuliah Universitas
Brawijaya Malang. Pasalnya, Biaya Kuliah Universitas Brawijaya Malang.
Akhirnya, Biaya Kuliah Universitas Brawijaya Malang. Dengan demikian, Biaya
Kuliah Universitas Brawijaya.
Jadi, Biaya Kuliah Universitas Brawijaya. Jika, Biaya Kuliah Universitas Brawijaya. Maka Biaya Kuliah Universitas Brawijaya. Itulah Biaya Kuliah Universitas Brawijaya. Info Biaya Kuliah Universitas Brawijaya. Ini Biaya Kuliah Universitas. Namun Biaya Kuliah Universitas. Jika Biaya Kuliah Universitas. Maka Biaya Kuliah Universitas. Akhirnya, Biaya Kuliah Universitas. Itu Biaya Kuliah Universitas. Info Biaya Kuliah Universitas. Akhirnya Biaya Kuliah Universitas.