Ilustrasi Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy'ari (Rois Akbar Nahdlatul Ulama)
MEDIA IPNU - Aswaja pada kader IPNU IPPNU. Setelah mengikuti organisasi
pasti bertanya-tanya, mengapa bisa masuk organisasi tersebut? Apakah karena
visi misinya? Atau ikut-ikutan orang dengan budaya temannya yang mayoritas
ikut semua? Pertanyaan ini sering muncul di permukaan gerak-gerik di otak kita
masing-masing.
Lalu ketika kita masuk ada saja pertanyaan yang muncul begini bunyinya
bagaimana cara mengajarkan organisasi tersebut kepada anggota barunya?
Itu pertanyaan yang sangat menjadi pukulan telak bagi seorang pengurus
yang sudah lama menjabatinya. Karena pada permasalahannya, banyak seorang
organisasi tak paham secara mendalam supaya arah geraknya bersifat komunikasi
dengan membeda-bedakan pendekatan kultural atau biasa kita sebut budaya.
Namun kenyataannya adalah sama sekali tidak sempurna dalam pemahaman cara
berorganisasi dengan baik. Sehingga sulit untuk diterima yang berakibat fatal
pemahaman. Ambil contohnya jika kita memahami pemahaman organisasi sebelah
kita, yang terngiang-ngiang di pikiran kita adalah Kembali ke Al-Qur’an dan As
Sunnah.
Pemahaman yang sering sekali di sekolah-sekolah berlebel islam terpadu di
akhir penyebutan nama sekolahnya. Mereka sudah didoktrin untuk mengamalkan
ajaran yang biasa disebut wahabiyah dengan berkonsep kembalinya Qur’an dan
Hadits melalui beberapa buku paket atau pedoman-pedoman buku saku amaliyahnya.
Sama halnya dengan sekolah NU pada umumnya, ke-aswajaan yang sudah terlintas
sumber KH Hasyim Asy’ari sebagai jalan menuju kebangsaan.
Kalau kita pikir-pikir untuk memahami aswaja, pasti perlu di detail lebih
dalam, yang pada esensinya semua organisasi ada yang mengaku-ngaku, dan berharap
aswaja adalah bagian dari ajaran organisasinya. Lantas bagaimana kita
mengajarkan aswaja di ranah NU? Terutama Aswaja pada kader IPNU IPPNU?
Mengenai Aswaja pada kader IPNU IPPNU, setelah saya menganalisisnya,
kemudian mengamatinya, ajaran aswaja sudah sangat punah dan bahkan ada anggota
IPNU IPPNU yang cuman faham sebatas hafalannya saja.
Aswaja pada kader IPNU IPPNU perlu ditularkan, sebab tidak semua kader
punya minat literasi yang mencukupi. Sebagian pelajar umum perlu adanya
langkah-langkah metode menemukan semangat belajar, berjuang, dan bertakwa.
Cara untuk mengajarkan Aswaja pada kader setidaknya ada empat hal.
Pertama, adakanlah semacam diskusi, workshop, atau seminar-seminar membahas ke
aswaja’an. Hal itu dilakukan untuk memudahkan anggota IPNU IPPNU saling
bertanya-tanya. Meskipun tidak semua anggota paham diutarakan pemateri.
Kedua, selalu berkumpul dengan beberapa landasan pemahaman pemateri yang
diajarkan di Makesta, Lakmud, Lakut, Latin pada rutinan mingguan. Tetapi
ingatlah dengan membawa buku tulisnya, sebagai pengingatnya.
Ketiga, mengingat kembali materinya, dengan mengulangi apa yang diajarkan
minggu lalu. Supaya bisa teringat-ingat dan memahami tentang Aswaja khususnya
pada kader IPNU IPPNU.
Keempat, selalu konsisten atau Bahasa agamannya istiqomah
mengingatnya sampai ia benar-benar faham akan adannya keilmuan, terutama
ke-aswajaan. Itu adalah cara ampuh menurut analisis saya sebagai kaum pelajar.
Pastikan keempat hal ini disampaikan dengan baik dan benar. Jangan
dibuat-buat berlasan bahwa hanya seniorlah yang berhak mengajarinya. Semua
kalangan yakin bisa melakukannya.
Demikiran sekilas tentang cara mengajarkan Aswaja pada kader IPNU IPPNU.
Semoga bermanfaat bagi kader-kader semua wilayah.
Oleh : Ahmad Zuhdy Alkhariri (Kader PAC IPNU Sukoharjo, Kab. Sukoharjo, Jawa Tengah)
Temukan pula artikel menarik Media IPNU di Google News
Baca juga:
- Usia Maksimal Pengurus IPNU IPPNU Diturunkan Jadi 24 Tahun
- Profil Whasfi Velasufah Mandataris Kongres XIX IPPNU di Jakarta
- 19 Kader IPNU Kalbar Lewati ‘Pulau Laskar Pelangi’ untuk Kongres
- Kader IPNU Papua Barat Rela Diombang-ambingkan Ombak 6 Hari
- Kisah Peserta Kongres IPPNU, Mutia Tempuh 7 Hari Perjalanan