Ketum PB KOPRI 2021-2024 Maya Muizatil Lutfillah (kanan) dan Kader PMII Putri Silvia Agustina (kiri). |
MEDIA IPNU - Sejarah PMII - Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia 1960-2022. PMII berdiri pada tanggal 17 April 1960 di Surabaya. Berdirinya organisasi Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia (PMII) merupakan berawal dari kemauan kokoh mahasiswa Nahdlatul Ulama ataupun nahdliyin buat membentuk sesuatu wadah mahasiswa yang berideologi
Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja). Sejarah Berdirinya PMII, inspirasi ini tidak
bisa dipisahkan dari keberadaan organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama serta
Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPNU- IPPNU) sebagai aktor Pendiri PMII.
Secara historis (Sejarah
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), PMII ialah Departemen Perguruan Tinggi IPNU yang dibangun dalam Muktamar III di Cirebon, Jawa Barat pada bertepatan
pada 27- 23 Desember 1959. Di dalam organisasi pelajar itu banyak ada mahasiswa
yang jadi anggotanya, apalagi kebanyakan fungsionaris Pimpinan Pusat IPNU IPPNU
merupakan mahasiswa.
Atas dasar seperti itu
timbul kemauan buat membentuk sesuatu wadah spesial yang menghimpun mahasiswa
nahdliyin. Pemikiran ini pernah dibahas dalam Muktamar II IPNU di Pekalongan
pada bertepatan pada 1- 5 Januari 1957.
Kemauan tersebut belum
ditanggapi sungguh sungguh sebab keadaan di dalam IPNU sendiri masih
pembenahan, ialah masih banyak fungsionaris pengurus IPNU IPPNU yang berstatus
mahasiswa. Dikhawatirkan bila tercipta wadah baru untuk mahasiswa hendak
pengaruhi ekspedisi IPNU yang baru saja tercipta.
Baca juga: Jasa Submit Wikipedia
Dalam Sejarah Berdirinya
PMII, usaha buat mendirikan sesuatu wadah yang spesial menghimpun mahasiswa
nahdlliyin sesungguhnya telah lama. Misalnya pada Desember 1955 di Jakarta
berdiri Ikatan Mahasiswa NU (IMANU), di Bandung berdiri Persatuan Mahasiswa NU
(PMNU), serta berdirinya Keluarga Mahasiswa NU (KMNU) di Surakarta. Organisasi
yang terakhir dipelopori oleh Mustahal Ahmad, mahasiswa Fakultas Syariah
Universitas Cokroaminoto Surakarta. Organisasi ini sanggup bertahan hingga
lahirnya PMII tahun 1960 (Sejarah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia).
Langkah yang diambil
Pengurus IPNU buat menampung aspirasi mahasiswa nahdliyin dengan membentuk
departemen perguruan tinggi IPNU pada realitasnya tidak berjalan sebagaimana
yang diharapkan. Perihal ini disebabkan mahasiswa nahdliyin tidak bisa duduk
selaku anggota Persatuan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (PPMI), sesuatu
konfederasi organisasi mahasiswa ekstra universitas. PPMI cuma menampung
organisasi tingkatan mahasiswa, bukan pelajar. Begitu pula buat duduk dalam
Majelis Mahasiswa Indonesia (MMI).
pmii adalah, tujuan pmii, mars pmii, pergerakan nasional, pmii singkatan dari, pb pmii, tujuan pmii adalah, sejarah gerakan mahasiswa, kegiatan pmii, pmii dan gerakan mahasiswa, pengertian pmii, keindonesiaan pmii, ika pmii, tentang pmii, keorganisasian pmii, komisariat pmii adalah, 13 tokoh pendiri pmii, rayon pmii, mahasiswa pmii, pmii rayon, pmii kembali ke NU
Kader IPNU Sebagai Pendiri PMII
13 Tokoh Pendiri PMII (Sejarah PMII - Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia 1960-2022) |
Sejarah Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia. Selaku tindak lanjut dari kemauan mahasiswa
nahdliyin buat mendirikan suatu wadah spesial mahasiswa teruji pada Konferensi
Besar IPNU di Kaliurang, Yogyakarta pada 14- 16 Maret 1960. Dalam forum
tersebut memutuskan terjadinya sesuatu organisasi mahasiswa nahdliyin yang
terpisah secara fungsional ataupun struktural dari IPNU.
Kemudian, buat
mempersiapkan itu, dibentuklah panitia sponsor pendiri PMII yang terdiri dari 13 orang dengan tugas melakukan musyawarah mahasiswa
nahdliyin segala Indonesia, bertempat di Surabaya. Dalam Sejarah Berdirinya
PMII, ada pula 13 sponsor pendiri organisasi mahasiswa nahdliyin itu merupakan
selaku berikut:
- Cholid Mawardi (IPNU Jakarta)
- Said Budairy (IPNU Jakarta)
- M. Sobich Ubaid (IPNU Jakarta)
- M. Makmun Syukri (IPNU Bandung)
- Hilman (IPNU Bandung)
- H. Isma’il Makky (IPNU Yogyakarta)
- Munsif Nahrawi (IPNU Yogyakarta)
- Nuril Huda Suaidy (IPNU Surakarta)
- Laily Mansur (IPNU Surakarta)
- Abd. Wahab Jailani (IPNU Semarang)
- Hisbullah Huda (IPNU Surabaya)
- M. Cholid Narbuko (IPNU Malang)
- Ahmad Husain (IPNU Makasar)
Saat sebelum melakukan
musyawarah, 3 dari 13 sponsor Pendiri PMII ialah, Hisbullah Huda, M. Said Budairy, serta
Maksum Syukri pada 19 Maret 1960 mereka berangkat ke Jakarta menghadap pimpinan
Partai NU, KH. DR. Idham Khalid buat memohon nasehat selaku pegangan pokok
dalam musyawarah. Pada bertepatan pada 24 Maret 1960 mereka diterima oleh
Pimpinan Partai NU.
Dalam pertemuan tersebut
tidak hanya membagikan nasehat pula menekankan hendaknya organisasi yang hendak
dibangun itu betul betul bisa diandalkan selaku kader partai. Kondisi waktu itu
memanglah sangat kondusif untuk organisasi mahasiswa buat berlagak politis.
Meningkatnya jumlah organisasi mahasiswa diiringi oleh meningkatnya kedudukan
mereka secara mutu serta terjadinya peluang buat mobilitas sosial di bidang
politik.
Dengan demikian, dini
berdirinya PMII lebih dimaksudkan selaku perlengkapan buat menguatkan Partai
NU. Pergantian status organisasi massa (Ormas) NU jadi partai politik (Parpol)
terjalin kala dilaksanakan Muktamar XIX di Kota Palembang, bertepatan pada 26
April hingga 1 Mei 1952. Di antara keputusannya merupakan terpaut dengan
pembelahan diri dengan Masyumi dan melaporkan diri selaku Parpol.
Sejarah PMII. Kala itu
yang memimpin Ketua Muda Pengurus Besar NU merupakan KH. Abdul Wahid Hasyim.
Pembelahan diri dari Partai Masyumi pula didahului perdebatan yang lumayan
sengit sehingga kesimpulannya ditempuh jalur pemungutan suara. Hasilnya, 61
suara sepakat, 9 suara menolak pembelahan, serta 7 suara abstain.
Dengan keluarnya NU dari
kelompok Masyumi yang dimulai pula dengan keluarnya PSII tahun 1947 bawa
gejolak di badan Masyumi. Walaupun demikian, NU senantiasa memohon penafsiran
dari Masyumi serta mengharap supaya senantiasa mempertahankan dirinya selaku
tubuh federatif Parpol yang bersumber pada Islam. Anggaran Dasar NU saat
sebelum jadi Parpol jelas disebutkan kalau:
“Adapun maksud
perkumpulan ini ialah memegang teguh pada salah satu dari madzhabnya Imam 4,
ialah Imam Muhammad bin Idris Asy- Syafi’i, Imam Malik bin Anas, Imam Abu
Hanifah bin Nu’am, ataupun Imam Muhammad bin Hambal, serta mengerjakan apa saja
yang telah jadi kemaslahatan agama Islam” (Pasal 2, Statuten Perkumpulan NU di
Surabaya, 1926).
Setelah itu sehabis NU
jadi Parpol, Anggaran Dasar berbunyi, “NU berasas agama Islam serta bertujuan;
a. menegakkan syari’ at Islam dengan berhaluan salah satu daripada 4 madzhab;
b. melakukan berlakunya hukum- hukum Islam dalam warga.”( pasal II asas serta
tujuan AD/ART).
Sejarah PMII. Kelahiran
PMII yang disponsori oleh 13 orang tokoh mahasiswa nahdliyin. Mereka berasal
dari Jakarta, Bandung, Semarang, Surakarta, Yogyakarta, Surabaya, Malang, serta
Surabaya. 8 kota inilah yang jadi cikal bakal berdirinya PMII di Indonesia.
Sidang dalam musyawarah mahasiswa nahdliyin bertempat di Gedung Madrasah
Muallimin NU Wonokromo Surabaya diawali bertepatan pada 14 hingga 16 April 1960
(Sejarah Berdirinya PMII).
Sebaliknya peraturan
bawah organisasi PMII dinyatakan mulai berlaku pada 17 April 1960. Kelahiran
PMII ini setelah itu diproklamirkan di Balai Pemuda Surabaya dalam sesuatu
kegiatan yang memperoleh atensi besar dari massa mahasiswa, organisasi-
organisasi ekstra serta intra dari bermacam universitas di Surabaya dan
dihadiri pula oleh wakil- wakil dari partai politik.
Pada bertepatan pada 8
Juni 1960, Pengurus Pusat (PP) PMII mengirimkan pesan kepada NU buat
mengesahkan kepengurusan PMII. Perihal ini tidak lain sebab PMII merupakan
organisasi yang dependen dengan Partai NU.
Berikutnya, pada
bertepatan pada 14 Juni 1960 Partai NU melaporkan kalau organisasi PMII
diterima selaku keluarga besar partai serta diberi mandat buat membentuk
cabang- cabang di segala Indonesia. Yang menandatangani SK tersebut merupakan
DR. KH. Idham Chalid selaku ketua Partai NU serta H. Aminuddin Aziz, Sekjend
partai.
Makna Filosofis PMII
Sejarah PMII Semenjak di
deklarasikan di Surabaya pada 17 April 1960, PMII mendedikasikan dirinya selaku
wadah pergerakan yang secara jelas tertulis dalam tujuannya. Arti pergerakan
dalam PMII merupakan dinamika dari hamba (mahluk) yang tetap bergerak mengarah
tujuan idealnya membagikan untuk alam sekitarnya.
Dalam konteks individual
ataupun komunitas, kedudukan PMII haruslah tetap mencerminkan pergerakannya
mengarah keadaan yang lebih baik selaku perwujudan tanggung jawabnya berikan
rahmat pada lingkungannya.
Kata “Pergerakan” dalam
hubungannya dengan organisasi mahasiswa menuntut upaya sadar buat membina serta
meningkatkan kemampuan ketuhanan serta kemampuan kemanusiaan supaya gerak
dinamika mengarah tujuannya senantiasa terletak dalam mutu kekhalifahannya.
Pergerakan mempunyai
muatan muatan nilai yang meliputi dinamika responsif, kreativitas, serta
inovatif. Isi nilai nilai tersebut menandai suatu wujud sempurna dari format
organisasi. Nilai dinamis mencerminkan suatu pemberontakan atas kebekuan
pemikiran, tradisi, serta lain sebaginya. Dari nilai nilai ini diangankan suatu
proses mengarah perbaikan perbaikan keadaan faktual mengarah suatu tatanan
sempurna tanpa terjebak dalam suatu utopia.
Sejarah PMII. Penafsiran “mahasiswa”
yang terkadung dalam PMII merupakan kalangan generasi muda yang menuntut ilmu
di akademi besar yang memiliki bukti diri diri. Bukti diri diri mahasiswa
terbangun oleh citra diri selaku insan religius, insan dinamis, insan sosial,
serta insan mandiri.
Dari bukti diri mahasiswa
tersebut ada tanggung jawab keagamaan, intelektual, sosial kemasyarakatan,
serta tanggung jawab individual selaku hamba Tuhan ataupun selaku bangsa serta
negeri. Mahasiswa diangankan muat kandungan- kandungan nilai nilai
intelektualitas, idealitas, komitmen, serta konsistensi.
Penafsiran “Islam” yang
tercantum dalam PMII merupakan Islam selaku agama yang dimengerti dengan haluan
paradigma Ahlussunah wal Jama’ah (Aswaja), ialah konsep pendekatan terhadap
ajaran agama Islam secara proposional antara iman, Islam, serta ihsan yang di
dalam pola pikir, pola perilaku, serta pola prilakunya tercermin sifat- sifat
selektif, akomodatif serta integratif. Faham Aswaja mencakup aspek aqidah,
syari’ ah, serta akhlak.
Ketiganya ialah satu
kesatuan ajaran yang mencakup segala aspek prinsip keagamaan. Didasarkan pada
pola pikir (manhaj) Asy’ariyah serta Maturidiyah dalam bidang aqidah, 4 imam
madzhab besar dalam fiqih ialah, Hanafi, Maliki, Syafi’i, serta Hambali, serta
bidang tasawuf menganut manhaj Imam Ghazali serta Imam Abu al Qasim al Junaid
al Baghdadi, dan para imam lain yang sejalan dengan syari’ah Islam.
Sejarah PMII. Penafsiran
“Indonesia” yang tercantum di dalam PMII merupakan warga bangsa serta negeri
Indonesia yang memiliki falsafah serta pandangan hidup Pancasila dan UUD 1945
dengan pemahaman kesatuan serta keutuhan bangsa dan negeri yang terbentang dari
Sabang hingga Merauke yang diikat dengan pemahaman pengetahuan Nusantara.
Keindonesiaan yang
dimengerti oleh PMII ialah suatu gugusan ilham tentang Negeri bangsa yang
secara riil dibentuk di atas fondasi pluralitas serta hetrogenitas baik secara
etnis, ras, agama ataupun kalangan.
Secara keseluruhan PMII
selaku organisasi ialah sesuatu gerakan yang bertujuan melahirkan kader kader
bangsa yang memiliki integritas diri selaku hamba yang bertaqwa kepada Allah
SWT, serta atas bawah ketaqwaan berfungsi mewujudkan kedudukan ketuhanannya
membangun warga bangsa serta negeri Indonesia mengarah sesuatu tatanan warga
yang adil serta makmur dalam ampunan serta ridlo Allah SWT (Sejarah Berdirinya
PMII).
Sejarah PMII. Dalam
Kongres X PMII tahun 1991 di Jakarta dilahirkan Deklarasi Format Profil PMII.
Deklarasi ini ialah kristalisasi dari tujuan pergerakan sebagaimana tercantum
dalam AD/ ART, ialah, “terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang berbudi luhur,
berilmu serta bertaqwa kepada Allah SWT, cakap dan bertanggung jawab dalam
mengamalkan ilmu pengetahuannya” .
Bagi PMII, ilmu
pengetahuan ialah perlengkapan buat mengabdikan diri kepada Allah SWT, untuk
mengangkat harkat serta martabat manusia dari lembah keterbelakangan serta
kebodohan. Sebab cuma dengan ilmu manusia bisa hingga pada derajat taqwa yang
sesungguhnya. Ilmu, untuk PMII merupakan buat diamalkan serta diabdikan demi
kebaikan (kemaslahatan) umat.
Selaku organisasi
mahasiswa, PMII sadar kalau dalam mengabdikan ilmu pengetahuan serta khitmat
perjuangannya, membutuhkan kemampuan serta profesionalitas secara bertahap,
terencana serta merata.
Terakhir, semoga seluruh pendiri PMII (yang juga kader IPNU) yang sudah wafat senantiasa diberikan tempat yang mulia di sisi Allah SWT, diterima seluruh amal ibadahnya. Sebagai Pendiri PMII, mereka semua patut ditulis dalam tinta emas sejarah perdirinya organisasi mahasiswa NU tersebut.
Ketua Umum PB PMII Sejak 1960 hingga 2022
Di PMII, ada beberapa
tingkatan kepengurusan dari Pengurus Rayon (PR), Pengurus Komisariat (PK),
Pengurus Cabang (PC), Pengurus Koordinator Cabang (PKC), sampai Pengurus Besar
(PB).
Berikut
ini Ketua Umum PB PMII dari masa ke masa:
- Sahabat Mahbub Djunaidi (1960-1967)
- Sahabat Muhammad Zamroni (1967-1973)
- Sahabat Abduh Paddare (1973-1977)
- Sahabat Ahmad Bagja (1977-1981)
- Sahabat Muhyiddin Arubusaman (1981-1984)
- Sahabat Suryadharma Ali (1985-1988)
- Sahabat Muhammad Iqbal Assegaf (1988-1991)
- Sahabat Ali Masykur Musa (1991-1994)
- Sahabat Muhaimin Iskandar (1994-1997)
- Sahabat Syaiful Bahri Anshori (1997-2000)
- Sahabat Nusron Wahid (2000-2003)
- Sahabat A Malik Haramain (2003-2005)
- Sahabat Herry Azzumi (2005-2008)
- Sahabat Muhammad Rodli Kaelani (2008-2011)
- Sahabat Addin Jauharuddin (2011-2014)
- Sahabat Aminuddin Ma’ruf (2014-2017)
- Sahabat Agus Herlambang (2017-2021)
- Sahabat Muhammad Abdullah Syukri (2021-2024)
Baca juga: