Universitas Nasional PTS Tertua di Jakarta, Berikut Sejarahnya | instagram @cutshafina |
Para pendiri UNAS terdiri
dari: R. Teguh Suhardjo Sastrosuwingnyo, Mr. Sutan Takdir Alisjahbana, Mr.
Soedjono Hardjosoediro, Profesor. Sarwono Prawirohardjo, Mr. Prajitno Soewondo,
Hazil, Kwari Katjabrata, Dr. Djoehana, R. M. Soebagio, Mr. Adam Bachtiar, Ny.
Noegroho, Drs. Adam Bachtiar, Dr. Bahder Djohan, Dr. Leimena, Ir. Abd Karim,
Profesor. Dr. Soetomo Tjokronegoro, Mr. Ali Budiharjo, Poerwodarminta, Mr.
Soetikno, Ir. TH. A. Resink, Dr. Soemitro Djojohadikusumo, Noegroho,
Soejatmiko, H. B. Jassin, Mochtar Avin, L. Damais, A. Djoehana, Nona Boediardjo
serta Nona Roekmini Singgih.
Pendirian UNAS dikala itu
diperuntukan buat menampung lulusan SLTA di Jakarta yang tidak ingin merambah
Universitas Van Indonesia kepunyaan Pemerintah Kolonial-Belanda. Apalagi,
ditengah revolusi raga perjuangan kemerdekaan, UNAS pula jadi “Benteng
terdepan” perjuangan rakyat Indonesia di Jakarta. Atas pengabdian tersebut,
hingga pada lustrum UNAS yang kedua, 1959, Presiden Awal Republik Indonesia,
Ir. Soekarno menganugerahkan gelar “UNIVERSITAS PERJUANGAN”.
Pada dini dirintisnya UNAS pada 1946, dibentuklah 2 (dua) panitia. Panitia awal bertugas menyelidiki gimana bisa menggiatkan kehidupan ilmu dalam warga Indonesia dengan lapisan selaku berikut:
- Dr. Leimena
- IR. Abd. Karim
- Prof. Dr. Soetomo Tjokronegoro
- Mr. Ali Budihardjo
- Ir. Th. A. Resink
- Dr. Soemitro Djojohadikusumo
Sedangkan panitia kedua bertugas memotivasi usaha menggairahkan kegiatan kehidupan kebudayaan yang beranggotakan :
- Nugroho
- Soejatmoko
- H.B.Jassin
- Muchtar Avin
- A. Djoehana
- Nona Budihardjo
- Nona Rukmini Singgih
Usaha yang mula-mula dicoba merupakan penyeleggaraan kursus yang meliputi bidang- bidang ekonomi, sosiologi, politik serta filsafat yang dipandu oleh Drs. Adam Bachtiar. Kursus- kursus tersebut bertujuan berikan bawah uraian ilmu pengetahuan untuk tiap masyarakat negeri dalam tanggung jawabnya mengisi kemerdekaan.
Pada tahun yang sama,
1946, diadakan pula SMA sore buat berikan peluang untuk mereka yang bekerja
pagi. Dalam perkembangannya, kursus- kursus tersebut meningkat. Oleh sebab itu
pada Oktober 1949, atas desakan 400 lulusan SMA Republik Indonesia, PMIK
setelah itu mengumumkan dibukanya Perguruan NASIONAL yang membawahi 5 (5)
Fakultas, ialah: Fakultas Sosial, Ekonomi serta Politik; Fakultas Hayati;
Fakultas Matematika serta Fisika; Fakultas Sastra Indonesia serta; Fakultas
Sastra Inggris.
Dipilihnya nama
Perguruan, bukan Universitas, dimaksudkan buat menjauhi peraturan kolonial yang
kala itu masih berlaku buat Jakarta. Langkah maju PMIK ini menemukan sambutan
positif secara luas segenap susunan warga. Kuliah awal yang dicoba simpel pada
bertepatan pada 15 Oktober 1949 merupakan momentum historis yang memulai
perjuangan serta ekspedisi UNAS, sehingga bertepatan pada tersebut diresmikan
selaku HARI JADI UNIVERSITAS NASIONAL.
Pada 22 Desember 1949,
Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang berkedudukan di
Yogyakarta membagikan pengakuan serta persamaan penuh kepada Akademi Nasional
dengan pesan Nomor. 548/ S. Bersumber pada peraturan perundangan yang berlaku,
pada 1 September 1954 lewat Notaris Mr. R. Soewandi hingga Perkumpulan
Memajukan Ilmu serta Kebudayaan berganti jadi Yayasan Memajukan Ilmu serta
Kebudayaan (YMIK).
Pertumbuhan UNAS
berikutnya membentuk beberapa lembaga serta pusat pengkajian yang dikoordinir
Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat( LPPM). Lembaga ini bertujuan
buat melaksanakan pembinaan, pengembangan ilmu pengetahuan, pembelajaran,
teknologi serta seni lewat aktivitas riset. Mengamalkan ilmu, teknologi, serta
seni lewat kenaikan relevansi program Universitas dengan kebutuhan warga lewat
aktivitas dedikasi kepada warga.
Pengembangan lain pula
dicoba melalui penyusunan kembali peran Fakultas- fakultas yang terdapat di
area Universitas Nasional dengan berpedoman pada aturan- aturan pemerintah yang
sudah digariskan, baik dengan penggabungan ataupun pemekaran Fakultas dan
kurikulum yang digunakan. Semenjak 2003 Universitas Nasional membawahi 7(7)
Fakultas dengan 18 Jurusan. Disamping itu ada pula 3 Perguruan serta Program
Pascasarjana Ilmu Politik yang di masa mendatang hendak dimekarkan.
Alumni Universitas Nasional
Ribuan alumni UNAS sudah
tersebar di bermacam bidang semacam politisi, pejabat pemerintahan, ahli ilmu
pengetahuan, periset, professional bisnis, artis serta pengusaha. Sebagian antara
lain sudah menempati tokoh nasional.
Dalam masa 3 presiden
terakhir, alumni UNAS senantiasa berkiprah selaku menteri, terakhir merupakan
Menteri Negara Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, H. Syaifullah Yusuf,
S.IP, sebagai menteri termuda di Kabinet Indonesia Bersatu. Terdapat alumni
yang jadi ahli diplomasi seraya sempat berprofesi menteri luar negeri merupakan
Mochtar Kusumaatmaja.
Terdapat alumni yang
sempat berprofesi Duta Besar Indonesia buat Malaysia ialah Hadi Wayarabi.
Terdapat alumni yang jadi Doktor Ilmu Politik awal di Indonesia ialah Profesor.
Dr. Deliar Noer. Terdapat alumni yang jadi ahli ilmu hayati ialah Dr. Endang
Suhara, APU ataupun Dr M Kasim Moosa, APU.
Terdapat alumni yang jadi
periset pakar di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ialah Dr. Syarif Hidayat,
APU serta Syamsuddin Haris, M. Si, APU. Terdapat alumni yang menjabat selaku
artis serta pelawak legendaris semacam Ateng, Jimmy Gideon ataupun Unang dan
banyak tokoh yang lain.
Sejak didirikannya UNAS, sejumlah tokoh yang memimpin UNAS adalah:
- Prof. Soedjadi Setjonegoro 1949 -1951
- Prof. Dr. Soekirno 1951-1965
- Dr. Muh Sukmadi 1965-1968
- Prof. Dr. Mr. Sutan Takdir Alisjahbana 1968-1992
- Prof. Achmad Baiquni, MSc., Ph.D. 1993-1997
- Prof. Drs. Umar Basalim, DES 1997-2009
- Dr. El Amry Bermawi Putera, M.A. 2009-Sekarang
Tantangan dan Peluang UNAS
Di masa millennium ketiga
dikala ini, tantangan persaingan dalam dunia pembelajaran besar di Indonesia
terus menjadi ketat. Komitmen buat tingkatkan mutu infrastruktur serta
suprastruktur akademik jadi tolak ukur warga buat memilah akademi besar mana
yang bisa mendukung prospek terang masa depan calon mahasiswa.
Sebagian anggota warga
apalagi menemui hambatan bayaran buat mencapai pembelajaran besar bermutu.
Terlebih sehabis pemerintah kurangi subsidi untuk akademi besar negara lewat
program privatisasi, perihal itu menyebabkan kenaikan bayaran sehingga susah
dijangkau warga berpenghasilan terbatas.
Dalam tantangan tersebut,
UNAS berbentuk terus tidak berubah- ubah dalam mempertahankan mutu akademik
serta kapasitas infrastruktur demi kenaikan keyakinan warga. Kurikulum UNAS
saat ini berbasiskan kompetensi yang membekali alumni dengan skill, knowledge
serta attitude yang siap dipertanggung jawabkan kiprah serta karirnya di warga
sehabis lulus.
UNAS pula tingkatkan
kapasitas sistem data manajemen secara online sehingga civitas akademika serta
warga global bisa lebih gampang serta kilat berhubungan dengan UNAS lewat media
internet. Walaupun demikian pesatnya pengembangan yang dicoba, UNAS senantiasa
berkomitmen buat mencerdaskan bangsa. Komitmen itu diwujudkan dengan menetapkan
bayaran kuliah yang berlandaskan falsafah: berikan peluang seluas-luasnya pada
warga buat mencapai pembelajaran besar bermutu besar.(dh)
BUKU SAKU UNIVERSITAS NASIONAL
hello.
BalasHapussitus yang sangat bermanfaat untuk semua orang
jangan lupa kunjungi juga Cetak Spanduk Partai Murah Jakarta