Komisariat adalah Kunci Menata Langkah IPNU dalam Momentum Kongres XX | Foto: @emhaidarr |
MEDIA IPNU - Komisariat adalah Kunci Menata Langkah IPNU dalam Momentum Kongres XX. Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) telah menetapkan tanggal pelaksanaan Kongres XX pada tanggal 14–17 Juli 2022 di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Tentunya pelaksanaan Kongres jangan hanya dijadikan momentum pergantian kepemimpinan, namun juga kesempatan pengembangan dan pemantapan langkah progressif organisasi dalam menyoal eksistensi peran pelajar untuk umat.
Melihat perkembangan
nasional serta dinamika saat ini, IPNU menghadapi tantangan yang berat dalam
menunjukkan kapasitasnya untuk mewujudkan pelajar berkualitas yang nantinya
dapat ikut bersaing dalam kancah nasional maupun internasional. Keberadaan IPNU
yang semakin "diremehkan" karena dirasa tidak mampu untuk menjalankan
fokus segmentasinya dalam ranah keterpelajaran, menjadikan Kongres tahun ini
sangat krusial untuk keberlangsungan organisasi ke depannya.
Arah Organisasi di Komisariat Sekolah dan Perguruan Tinggi
Sejak berdiri pada tahun
1954 banyak dinamika perubahan terjadi di dalam tubuh IPNU, salah satunya yang
hingga saat ini masih dipersoalkan adalah arah organisasi IPNU yang dirasa
keluar dari lingkup pelajar dengan adanya ekspansi pada ranah perguruan tinggi (pimpinan komisariat perguruan tinggi) juga tingkatan organisasi di atasnya. Sehingga muncul pernyataan bahwa IPNU
harus kembali ke khittah yaitu hanya mengurusi pelajar seperti pernyataan Gus
Nusron Wahid saat Debat Kandidat Ketua Umum IPNU 14 April lalu.
Nyatanya IPNU memiliki
cita-cita yang lebih dari pada sekedar kaderisasi pelajar, mengingat dawuh Ketua
Umum pertama IPNU KH Tolchah Mansoer bahwa cita-cita IPNU ialah membentuk orang
yang berilmu dan dekat dengan masyarakat. Dalam artian bahwa IPNU memiliki
peran serta ikut mewujudkan kemaslahatan umat dengan menjadi bagian dari umat
itu sendiri. Serta mendorong tumbuh kembang pondasi yang telah ditanamkan oleh
para masyayikh dan pendiri NU.
Maka dari itu, tidak
salah jika IPNU mulai mengepakkan sayapnya ke ranah krusial seperti perguruan
tinggi. Tentunya hal ini diperlukan untuk menumbuhkan jaringan di berbagai
tempat sehingga tujuan organisasi dapat terlaksana lebih efektif.
Jika IPNU hanya dibatasi pada ranah pengembangan pelajar, hal ini tentunya akan mematahkan pondasi yang telah dibangun sebelumnya. Serta menciptakan kekosongan pengaruh dari NU di ranah usia muda para pelajar dan akan berdampak buruk ke depannya.
Komisariat Adalah Kunci, IPNU back to Komisariat
Harus diakui bahwa saat
ini eksistensi IPNU di ranah tingkatan komisariat mulai terjadi penurunan.
Tanpa mengurangi rasa ta'dzim kepada jajaran PBNU dan tanpa maksud menyudutkan
pihak manapun, kita juga tidak dapat menyalahkan IPNU sepenuhnya dengan melihat
kondisi yang sebenarnya terjadi di lapangan.
Masuknya IPNU di sekolah
memang sangat penting menimbang ranah utamanya yang berada dalam segmentasi
pelajar. Namun, hal ini tentunya tidak mudah melihat adanya kekhawatiran dari
lembaga pendidikan terkait beberapa regulasi yang ada, sehingga mempersulit
masuknya IPNU.
Hal ini semakin sulit
dengan kurangnya pendampingan dari Lembaga Pendidikan (LP) Ma'arif NU dan
Rabitah Ma'ahid Islamiyah (RMI) NU untuk menyelasaikan pekerjaan rumah bersama
ini. Walaupun terdapat arahan di pusat, namun tidak merata sampai ke bawah.
Hal ini tentunya menjadi
evaluasi bagi kita bersama untuk tidak 'mengkambing hitamkan' salah satu pihak,
namun memperkuat kerja sama di antara banom NU.
Hadirnya IPNU di sekolah
tidak harus dilihat dengan adanya komisariat, namun yang harus kita
prioritaskan adalah bagaimana dapat menanam bibit kader di setiap sekolah.
Seperti PC IPNU Jombang yang aktif mengadakan kegiatan Jum'at berkah pada tiap
sekolah, sehingga hal ini akan menumbuhkan kader yang diharapkan nantinya dapat
menjadi penggerak IPNU di lingkungannya.
Keberadaan IPNU di
pesantren juga menjadi amat krusial, mengingat sejarah lahirnya NU yang tidak
lepas dari pesantren. Sehingga terdapat pengibaratan NU adalah pesantren besar
dan pesantren adalah NU kecil.
Dalam rangka
mengoptimalkan peran IPNU di pesantren, perlu adanya aturan yang jelas terhadap
pengembangan IPNU di pesantren. Bagaimana sekiranya hal tersebut juga
memperhatikan aspek dan kultur pesantren, sehingga kader IPNU di pesantren
dapat menentukan arah geraknya dalam lingkup pesantren.
Mengacu pada trilogi dan
panca kesadaran santri yang dibuat oleh KH Zaini Mun'im Pendiri Pondok
Pesantren Nurul Jadid, Paiton, selain memiliki ilmu yang mumpuni, seorang
santri juga diharuskan agar dapat memberikan kontribusinya pada masyarakat
dalam mewujudkan kemaslahatan umat.
Tentunya hal ini selaras
dengan cita-cita IPNU. Pesantren dengan ribuan santri dari berbagai daerah juga
lembaga pendidikan di bawahnya, jika bisa memaksimalkan hal ini, secara tidak
langsung IPNU telah menumbuhkan bibit kader di daerah asal santri.
Harus ada langkah yang
tegas dalam memperkuat jaringan pesantren dan sekolah seperti menentukan nilai
apa yang harus mereka terapkan dalam ruang lingkup pelajar serta memperkuat
kembali jaringan dengan pihak terkait seperti dinas pendidikan.
Demikian pula hadirnya
komisariat perguruan tinggi harus dimaksimalkan untuk memperkuat basis
intelektual IPNU dan pendampingan bagi komisariat lainnya. Dengan memantapkan
langkah di komisariat akan menjadi pondasi yang kuat untuk tingkatan di
atasnya. Hal ini harus menjadi sinergi yang utuh dan erat bagi organisasi.
Salah satu hal yang juga
harus mulai kita perhatikan adalah pengembangan kualitas kader. Alih-alih terus
melakukan pembentukan komisariat. Saat ini kita terus menggalakkan pembentukan
komisariat namun lupa untuk terus mengayomi mereka yang telah terbentuk
sehingga pada akhirnya banyak komisariat yang mati.
Mengawal Kongres XX, Komisariat adalah Kunci Menata Langkah IPNU
Seperti yang telah
disebutkan sebelumnya bahwa perhelatan forum musyawarah tertinggi IPNU yaitu
Kongres pada tahun ini menjadi sangat krusial untuk keberlangsungan organisasi
ke depannya. Momentum saat ini, harus kita maksimalkan untuk kembali
menumbuhkan kepercayaan, serta memantapkan arah organisasi. Dengan kata lain,
marilah kita kesampingkan sejenak kepentingan dan ego kita masing-masing
sebagai wujud cinta kita pada ikatan.
14 April lalu, kita telah
bersama menyaksikan Debat Kandidat Calon Ketua Umum IPNU. Setiap kandidat telah
menyampaikan visi-misinya untuk kemajuan organisasi. Jika diperhatikan lagi, ada
hal yang sama dalam tiap kandidat yaitu mewujudkan IPNU yang inovatif serta
kolaboratif dalam menyongsong peradaban dunia. Maka harapannya, apapun hasil
dari kongres dapat kita terima dan dilaksanakan dengan baik.
*Oleh: Wahyu Ilahi (Santri Aktif PP Nurul Jadid Paiton dan Ketua PKPP IPNU Nurul Jadid dan Wakil Sekretaris Departemen Jaringan Pesantren dan Sekolah PC IPNU Kota Kraksaan).
________________________________
Artikel ini telah rilis di NU Onlie Jatim tanggal 8 Juni 2022 dengan judul Menata Langkah IPNU dalam Momentum Kongres XX.
Baca juga: